Ciao!

Pertama kalinya membuat postingan lewat aplikasi blogger di hape nih. Pasalnya sejak kemarin belum sempat posting padahal banyak juga yang ingin ditulis, gegara ada big exam yang langsung disambung winter break -liburan ke Italii-.. Kalau nunggu ngepost sampai pulang dari liburan khawatir nggak akan ketulis, jadi ya sudah coba pakai aplikasi blogger ini. Simpel sekali, nggak bisa ngatur font, gambar, dst tapi yah nanti bisa diedit lagi kan ya, yang penting bisa update dulu ^^

Jadi, beberapa hari yang lalu saya resmi berumur 25 tahun. Seperempat abad!
Walaupun mungkin sedikit banyak agak terkena simptom quarter-life fear - galau soal karir dan galau melihat teman-teman seangkatan dan bahkan adik2 kelas sudah pada menikah dan punya momongan-, generally saya sudah sangat bersyukur dengan jalan hidup yang sedang dilalui sekarang ini.

I feel so blessed. Dan ini nggak lepas dari kontribusi orang-orang di sekitar... Guru-guru yang sudah mengajari banyak hal, teman-teman yang inspiring dan membuat hidup lebih hidup, dan terutama keluarga yang sangat mendukung pilihan-pilihan yang saya buat.. *Wah ini jadi kayak pidato terima kasih menang Oscar*...

Oh iya, memasuki akhir Desember, blog ini juga resmi berumur 2 tahun. Kalau tahun lalu saya sempat mereview perjalanan blog selama setahun dan mwmbuat giveaway, sekarang betul2 nggak sempat... Semoga sempat di lain waktu ya...

Bagi yang tertarik untuk kuliah di Swedia dengan beasiswa, silakan ini dilihat:

Lini masa batas waktu pendaftaran kuliah S 2 di swedia tahun 2014

dan...

Kiat praktis mendaftar program beasiswa swedish institute

Rencananya akan share pengalaman waktu mendaftar juga, tapi berhubung November-Desember ini ada banyak sekali yang harus dikerjakan jadi mungkin nulisnya nanti kalau ada luang, supaya bisa komprehensif... In the mean time, info diatas juga sudah sangat lengkap sih. Semoga bermanfaat dan good luck! :)

Seberapa akurat kah ungkapan diatas berlaku? Di mata kuliah intercultural communication yang sedang saya ikuti, pak dosennya sempat membahas mengenai konsep bahasa mencerminkan bangsa ini. Ada beberapa teori yang menjelaskan bahwa bahasa dan budaya membentuk cara berpikir seseorang (misalnya teori Saphir-Whorf), dan banyak juga contoh yang sudah banyak dikenal orang, misalnya: Orang Eskimo punya banyak perbendaharaan kata untuk istilah salju, sementara orang Inggris punya banyak perbendaharaan kata untuk bagian-bagian daging sapi. Orang Swedia? Punya banyak perbendaharaan kata untuk produk-produk susu: Mjölk, Lattmjölk, mellanmjölk, filmjölk, etc etc... 

Sebagai penyuka budaya pop Jepang dan Korea, otomatis playlist saya selalu didominasi oleh lagu-lagu dari kedua negara tersebut. Tapi yaa sesekali ada variasi juga. Waktu di Indo, kadang ada lagu Top40 lokal/barat yang jadi saya sukai gara-gara diputer dimana-mana, atau dinyanyikan teman waktu karaoke..

Sekarang pun biar tinggalnya di Swedia, tetap saja yang didenger lagu-lagu Arashi, OOR, IU, soundtrack anime dan drama yang baru ditonton... Tapii lagi-lagi ada variasinya. Swedia juga kan terkenal sebagai negara penghasil musik berkualitas (siapa yang nggak tahu ABBA?), jadi kalau sampai saya nggak terekspos dengan lagu yang bagus, malah aneh...

Lagu yang selama tiga bulan-an ini paling berkesan untuk saya...

Dengan sejarah demokrasi yang panjang, tidak heran Swedia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kualitas demokrasi yang tinggi. Sementara itu Indonesia sering disebut-sebut sebagai salah satu contoh negara yang mampu mengimplementasikan demokrasi dengan baik, tapi kalau dilihat dari banyaknya kasus-kasus korupsi, pelanggaran ham dan berbagai isu lainnya, masih jauh juga untuk mencapai kondisi yang ideal. Sistem demokrasi sendiri memang tidak lepas dari beberapa kekurangan, tapi setidaknya sistem ini bertujuan untuk memenuhi hak asasi manusia dengan sebaik-baiknya.

Anyway. Hari Senin kemarin saya berkesempatan mengikuti Democracy & Human Rights workshop yang diadakan di Stockholm oleh Swedish Institute. Agendanya adalah kunjungan ke gedung parlemen Swedia -the Riksdag-, lalu dilanjut dengan workshop mengenai demokrasi dan HAM.

Di sesi pertama, saya dan peserta workshop lain dipandu untuk berkeliling gedung parlemen...

Gedung DPR Swedia

Padahal saya belum pernah masuk gedung DPR RI, tapi ini malah masuk gedung DPR Swedia... Yah rumput tetangga memang tampak lebih menarik ya. Sambil berkeliling, kami mendapat banyak informasi menarik mengenai sejarah dan situasi parlemen di Swedia. Dari penjelasan mbak pemandu, bisa dilihat bahwa kondisi parlemen di Swedia sangat transparan dan terbuka. Siapapun bisa jadi anggota parlemen -asalkan memenuhi syarat minimalnya-, dan semua orang juga bisa memantau kinerja parlemen melalui berbagai media: Datang langsung ke rapat atau meminta dokumen resmi dari parlemennya.

Ruang sidang dilihat dari public seats. Highly doubt ada anggota parlemen yang tidur atau menonton video selama sidang berlangsung....

Karena ingin tahu saya googling tentang gaji anggota parlemen Swedia. Tiap bulannya, anggota parlemen mendapat gaji 59.800 Swedish Kronor, yang terlihat banyak sih tapi masih harus dipotong pajak (31-40%). Kalau dibandingkan dengan pendapatan perkapita penduduk disini, gaji anggota parlemen itu sekitar dua kali lipatnya (menurut situs ini). Yang lumayan gede sih ya, tapi nggak sedahsyat gaji anggota DPR indo... yang sampai 18 kali GDP penduduk (menurut situs ini). Intinya, benefit sebagai anggota parlemen disini memang ada tapi nggak terlalu besar, jadi orang kalau mau nyalon ya faktor 'ingin menyumbang bagi masyarakat'nya lebih gede. Dan karena memang benefitnya nggak besar, tiap calon mungkin nggak se-jor-joran caleg di Indo kalau kampanye. Dan kalau kampanyenya nggak lebai, maka nggak akan ada interest untuk 'balik modal' juga ketika sudah jadi anggota parlemen. Ini saya masih belum tau juga sih, belum liat kampanye disini seperti apa, jadi masih harus mengobservasi lagi..

Sesi kedua (setelah lunch di hotel Sheraton, gaya bener ya) adalah diskusi dengan Hanna Gerdes, political advisor untuk Briggita Ohlsson, Menteri urusan Uni Eropa dan Demokrasi Swedia. Beliau menjelaskan peran Swedia dalam usaha untuk menegakkan demokrasi dan HAM di Eropa. Isu-isu yang dibahas meliputi kondisi orang-orang Romani (gipsi) di Eropa, masalah pengungsi, kebebasan berekspresi, corporal punihsment untuk anak-anak, hak wanita, hak LGBT, dan juga meningkatnya neo-nazism di berbagai negara. Untuk isu demokrasi dalam negeri, walaupun sudah memiliki tingkat partisipasi politik yang tinggi (84.6%), pemerintah Swedia masih berusaha juga untuk menaikkan partisipasi  masyarakat.

Heated discussion

Isu-isu yang dibahas menarik sekali, terutama mengenai masalah meningkatnya kekuatan partai sayap kanan ekstrim (partai berbasis nasionalisme) di berbagai negara Eropa. Mungkin akan menulis tentang ini di lain kesempatan. Para peserta workshop juga banyak memberikan pertanyaan dan pernyataan yang semakin memperkaya diskusinya. Sayang sekali waktu diskusinya sangat singkat.

Bicara soal praktek demokrasi, tahun 2014 besok Indonesia dan Swedia akan sama-sama melaksanakan pemilu legislatif. Euforia menjelang pemilunya sudah terasa bahkan sampai disini: Akhir September lalu saya mengikuti sosialisasi pemilu untuk warga Indonesia di Gothenburg, yang cukup informatif.


Mudah sekali untuk tidak mempedulikan pemilu, karena skeptis dengan kondisi politik Indonesia yang ruwet atau karena simply banyak hal yang dirasa lebih penting misalnya. Padahal hak memilih dalam demokrasi adalah hak yang diperoleh masyarakat kita lewat banyak pengorbanan. Karena itulah sejatinya hak ini mesti dipergunakan semaksimal mungkin.

Saya suka sekali nonton dorama dan baca manga bertema masak. Ilustrasi makanannya selalu menggugah selera, dan proses memasaknya pun digambarkan dengan menarik dan dramatis. Judul komik yang sekarang saya inget ada Delicious!, Hopper & Yummy's Kitchen, Kitchen Princess.. Ada juga Master Cooking Boy dan Yakitate! Japan yang suka lebai penggambaran reaksi makannya. Kalau dorama, Hungry! yang sempet direview di blog ini oke... Selain itu favorit saya Lunch Queen, My Little Chef, dan Bambino! (ini kenapa banyak judul yang pake tanda seru ya..). 

Sesuka-sukanya dengan cerita bergenre memasak, saya nggak lantas jadi tergugah untuk suka memasak. Padahal di lain pihak, ada kasus semacam William, kontestan (lalu kemudian jadi juara) Master Chef yang jadi suka dan jago memasak karena nonton Bambino!. Imoto yang sama-sama suka drama-komik masak juga jago masaknya.

Waktu baru akan mulai kuliah S1 dulu, saya lumayan antusias dengan ide akan tinggal dan masak sendiri. Dengan semangat saya kumpulkan resep-resep dari berbagai majalah di rumah, juga dari komik-komik bertema memasak yang ada. Bundelan resepnya kemudian dibawa ke kosan di Jogja (waktu itu laptop berinternet belum jadi barang umum sih, apalagi smartphone untuk cari resep... wow time flies...).

Sampai di Jogja.. Semangat memasaknya menguap dengan segera. Banyak kegiatan, dapur di kosan kurang nyaman untuk masak, tapi alasan paling utamanya ya karena makanan jadi di Jogja itu murah meriah. Yang pernah ngekos di Jogja pasti ngerti, kalau dihitung-hitung biaya masak sendiri untuk satu orang bisa lebih mahal dibandingkan beli masakan jadi di warung nasi terdekat. Kalau masak untuk rame-rame mungkin lain ya. Jadilah, skill memasak saya tidak banyak bertambah selama S1.

Sedikit pengecualian terjadi waktu ikut exchange program di Boras. Karena harga masakan jadi di Swedia mahal, jadilah saya mencoba untuk memasak sendiri untuk penghematan. Dapur di dormitorynya bagus sekali kalau dibandingkan dengan dapur di kosan sebelumnya: Kompor + oven + microwave yang oke, peralatan dapur yang lumayan banyak, plus tiap penghuni dapet jatah satu blok kulkas dan freezer. Wuo nggak ada alasan tempatnya nggak memadai, kan..! Mestinya. Tapi yah, akhirnya saya cenderung masak yang simpel-simpel saja, soalnya itu satu dapur dishare oleh 12 kamar.. Jadi somehow suka malas untuk masak yang ribet-ribet ketika di dapurnya ada beberapa orang sedang masak. Daaan kadang ada kasus bahan makanan yang disimpen di kulkas berkurang secara misterius.. Jadi kan males nyetok macam-macam makanan yah. *ah bilang aja males masak Ti...*.

Sekarang, saya ngekos di rumah warga Swedia, yang dapurnya bagus dan lengkap: Satu set kompor dengan oven, kulkas dan freezer jumbo, aneka macam cooking & baking tools, bahkan ada macam2 bumbu masak yang kata landladynya boleh saya pakai kalau perlu... Nggak dishare dengan banyak orang pula ruangannya. Rasanya sayang kalau nggak dimanfaatkan.

My Little Kitchen

Jadilah, dua bulan ini sudah lumayan mencoba-coba bikin aneka masakan. Kadang gagal, kadang berhasil, seringnya sih so-so. Tapi yang penting belajar ya. Mood memasaknya juga naik turun. Kalau sedang malas, saya tahan makan masakan ala Hye Sung: Nasi campur macam-macam yang penting bisa dimakan. Tapi kalau sedang mood, rela deh berkutat lama di dapur demi bereksperimen. 

Beberapa kreasi yang passable untuk dipajang:

Mashed Potato with Stir Fried Tuna & Cabbage; Soto Ayam; Chiken Karaage, Sate Ayam, Spaghetti Carbonara, Cottage Pie

Kalau harus ngampus dari pagi sampai sore, saya suka bawa bento juga ke kampus...

Sosis, brokoli & keju; Tumis tauge tahu & paprika; Tumis tuna & kubis; Tumis sayuran dan Fuyunghai; Spaghetti Bolognaise; Telur dadar & wortel rebus. Banyakan tumisannya ya? Maklum buru-buru...

Sempat juga bikin yang manis-manis..

Matcha Cookies with Almond (Ini oke banget); Cinnamon Apple Muffin (kurang baking powdernya jadi ngga mengembang tuh); Peach Vanilla Muffin (so-so..)

Masih belum pede untuk menyuguhkan masakan ke orang lain. Sempat sih menyuguhkan soto ayam untuk ibu kos. Beliau senang dan bilang enak tapi nggak tahu ya apa beneran enak atau sekedar basa-basi.. Mudah-mudahan sih beneran, soalnya sudah pakai bumbu indofood itu *bukakartu*.

Conclusion? Cooking is fun! Dan merupakan sarana refreshing yang produktif, misalnya dari persiapan ujian yang bikin stres.. ^^

Bad timing adalah ketika waktu ujian semakin dekat, tapi tiba-tiba kita tergoda untuk menonton anime yang baru saja tamat... Dan animenya ternyata epic dan engaging.

Awalnya sekedar ingin tahu gara-gara blog yg saya follow membahas kepopuleran Shingeki no Kyojin (selanjutnya akan disebut SnK). Rasa-rasanya pernah direkomendasikan sama sepupu waktu idul fitri kemarin, juga sama mahasiswa dari Jepang yang ketemu di acara welcome week dulu. Saya pikir ya udahlah ya coba liat episode pertamanya, sudah lama juga nggak nonton anime karena banyak urusan. Kalau seru nanti dilanjut setelah ujian selesai... 

Akhirnya nggak bisa stop nonton sampai tamat, maraton dalam dua malam. Setelah tamat, karena penasaran dengan kelanjutannya, jadi mengintip manganya. Lalu membaca-baca review, spekulasi, fanfiction, mencari orang-orang yang mengcover soundtracknya di youtube.. Basically pola yang saya lakukan tiap kali menemukan serial keren -terakhir kali terobsesi seperti ini ketika nonton I hear your voice-. Jadi dalam rangka meredakan obsesi, saya menulis disini supaya bisa kembali konsentrasi ke persiapan ujian... 


Untuk sinopsisnya, silakan googling saja ya karena sudah banyak bertebaran.. Sekarang saya sekedar ingin menulis tentang SnK saja hehe.

Popularitas SnK menimbulkan diskusi hangat di kalangan penggemar anime. Kebanyakan setuju bahwa SnK membawa angin segar dalam tren anime saat ini, yang kebanyakan terlalu moe. Saking banyaknya yang suka, SnK menjadi anime yang paling hype di musim kemarin dan melesat ke top 10 anime di myanimelist, IMDBnya anime, bahkan sebelum animenya tamat. Banyak orang cosplay sebagai anggota Scouting Legion. Tapi kemudian, banyak juga yang berkomentar bahwa anime ini jadi overrated. Bagus, tapi nggak sebagus itu. Sebagian membandingkan dengan Sword Art Online yang dianggap overrated juga (buat saya, SAO oke sekali di awal sampai pertengahan season, tapi terus jadi kurang menarik sejak pertengahan season).

Kalau menurut saya... Memang ada bagian-bagian di SnK yang agak gimana gitu, tapi lebih banyak lagi aspek kerennya, jadi pantas saja kalau jadi serial yang sangat hype saat ini.

Dari segi setting, mangaka SnK berhasil mengeksploitasi ide pertarungan antara manusia dengan titan dalam konteks yang baru dan penuh misteri. Penggambaran bagaimana manusia beradaptasi dalam menghadapi Titan dijelaskan dengan masuk akal ("masuk akal"nya anime tapi ya): Membangun peradaban yang dikelilingi tembok setinggi 50 meter, mengembangkan senjata yang sesuai untuk membunuh Titan (Sekarang tiap kali melihat deretan bagunan tinggi saya jadi membayangkan anggota scouting legion yang berayun lincah dengan 3D Manuever gear mereka), membangun sistem pertahanan kota, dsb dsb. Bahkan ya ada semacam kelompok religius yang menyembah dinding... Misteri kemunculan Titan dan keberadaan Tembok dijelaskan sedikit demi sedikit melalui jalan cerita, menarik dan bikin penasaran....
 
Kisah utamanya sebetulnya agak tipikal shonen manga: Eren Yaeger adalah anak laki-laki penuh idealisme yang berambisi untuk meraih sukses (dalam hal ini meraih kebebasan dengan keluar dari tembok dan mengalahkan Titan). Setelah serangan Colosal Titan terhadap kota tempat tinggalnya, tekadnya semakin membara untuk mengalahkan para Titan. Bersama teman masa kecilnya Mikasa dan Armin, ia bergabung ke pasukan militer agar bisa bergabung dengan Scouting Legion. Namun setelah dinyatakan lulus, Eren harus menghadapi kenyataan bahwa pertarungan dengan Titan itu tetap tidak mudah.... Nah dari situlah ceritanya berkembang dengan semakin menarik dan unik. 

Yang membuat SnK semakin menarik adalah adalah nuansa kelam dan realistis dalam anime ini. Banyak sekali tokoh-tokoh yang tewas dengan cepat ketika melawan titan, padahal mereka sudah terlatih dengan baik. Bukan sekedar tokoh figuran tapi juga tokoh-tokoh yang penonton kenal dengan baik, secondary character sih tetep tapi ya cukup untuk bikin saya sedih dan merasakan hopelessness dari kondisi di dunia SnK.

Bicara soal karakter... Eren itu tipikal tokoh utama yang angsty dan penuh idealisme, sementara Mikasa terasa flat sebagai teman masa kecil yang jenius dan terobsesi dengan Eren. Keduanya kurang terlihat perkembangan karakternya selama cerita berjalan. Sementara saya lebih excited melihat perkembangan karakter Armin (dari lemah dan nggak pede menjadi ahli strategi) dan Jean (dari songong jadi semacam leader yang bisa empati dengan orang lain). Karakter dewasa yang solid juga menarik untuk diperhatikan. Kapten Leviiii!

Soundtrack untuk anime ini, baik itu Opening song maupun BGM, semakin menambah nuansa epicness dari SnK. Like seriously, epic. Die Flügel der Freiheit!

Oke sudah lewat midnight, mesti kembali ke textbook.. Mungkin akan melanjutkan postingan ini kapan-kapan untuk menganalisis hal-hal yang bisa dipetik dari SnK.

Menjadi pemeluk agama mayoritas di negara sendiri, mudah sekali untuk menganggap wajar segala kemudahan untuk melaksanakan ibadah. Sekarang ketika menjadi bagian dari minoritas di Swedia, saya jadi semakin menghargai kesempatan yang diperoleh untuk beribadah. 
Sebagai negara sekuler, Swedia memang tidak banyak mengatur kegiatan keagamaan -tapi berarti tidak juga memfasilitasi. Jadinya ketika sedang di luar kosan, mesti curi-curi waktu untuk sholat, dan mencari-cari tempat yang bisa dijadikan pengganti mushola. Tidak ada adzan, jadi mesti mengandalkan aplikasi jadwal sholat di smartphone. Idul Adha yang di Indonesia dirayakan besar-besaran, disini saya lalui dengan adem ayem.

Saya ikut sholat Id di Göteborgsmoské, masjid yang terbilang baru di Gothenburg ini. Jaraknya lumayan lah, dari kos naik bis 2 kali searah dengan kampus saya, makan waktu sekitar 40 menit untuk kesana. Supaya lebih terasa suasana Idul Adhanya, anak-anak PPI janjian untuk berangkat bareng.

Masjid lengkap dengan kubahnya :)

Sampai di masjid, terharu juga karena akhirnya mendengar takbir. Walaupun dibilang minoritas, Islam itu agama terbesar kedua di Swedia setelah Kristen ternyata. Kebanyakan pemeluknya imigran. Jadi lumayan rame juga jamaah sholat Idnya, sampai dibagi jadi dua kloter. Saya dan teman-teman kebagian jatah pertama, sengaja ambil yang itu karena beberapa diantara kami harus mengejar kuliah/meeting. 

Lantai 1 Masjid, dilihat dari lantai 2 tempat akhwat

Shalat Idnya lancar. Ceramahnya disampaikan entah dalam bahasa Swedia entah bahasa Arab.. Kayaknya sih Arab tapi nggak tahu juga...

Nggak melihat praktek kurban di sekitar masjid. Tadinya saya pikir mungkin kalau ada kurban dilakukan di tempat lain. Tapi hasil googling kilat barusan bilang kalau disini religious slaughtering itu tidak diperbolehkan.. Jadi mungkin praktek kurbannya disesuaikan dengan kondisi.

Selesai sholat, kami melanjutkan aktivitas masing-masing. Saya sih dolan ke rumah teman, dilanjut dengan ngampus lalu sorenya kumpul klub debat. 

Begitulah. Walaupun jadinya agak melankolis karena tidak bisa merayakan bareng keluarga, tidak bisa makan kari ayam dan sambel goreng ati di rumah, tapi tetap bersyukur sih bisa merayakan dengan aman dan damai. Jadi miris dengan kondisi beberapa negara timur tengah, yang mesti melalui idul adha dalam kondisi konflik/perang...

Anyway, walaupun telat, selamat hari raya Idul Adha..!:)

Berpose di dalam masjid ^^

Manusia itu punya kecenderungan untuk selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki. Sistem kapitalis yang sekarang banyak berlaku juga semakin menguatkan kecenderungan tersebut. I want more! I need more! Begitu.

Tapi masyarakat Swedia punya filosofi yang bertentangan dengan kecenderungan tersebut. Tersebutlah prinsip Lagom, kata yang didefinisikan sebagai "enough, sufficient, adequate, just right", atau "in moderation". 



Beberapa kali mengikuti seminar tentang masyarakat Swedia, kata lagom ini selalu disebut-sebut sebagai salah satu Swedish mentality yang paling khas. Bangsa ini memiliki peribahasa "Lagom är bäst", yang artinya "just the right amount".. Kabarnya, prinsip lagom ini muncul di era Viking dulu. Ketika sedang pesta, untuk memastikan bahwa tiap orang mendapat hidangan yang adil, maka semuanya mesti menyantap hidangan dengan jumlah secukupnya. Jika ada yang menyantap berlebihan, maka akan ada yang tidak kebagian.
Sekarang, kata lagom ini bisa menggambarkan apapun: makanan, harta, kecantikan... Pokoknya, bagi bangsa ini, tidak perlu lah itu yang namanya berlebih-lebihan. Prinsip itu jugalah yang mungkin mendasari kenapa negara ini menjadi welfare country, yang sangat menjunjung kesamarataan para penduduknya.

Mestinya sih masyarakat Indonesia juga tidak asing ya dengan prinsip tersebut. Di pelajaran PPKN dulu seingat saya bahkan ada topik mengenai Kesederhanaan. Tapi implementasinya, sulit. Adaaa saja orang-orang yang berusaha memperkaya diri dengan cara-cara yang akhirnya merugikan orang lain, misalnya... Merasa tidak cukup dengan apa yang dimiliki...

Di beberapa aspek, mungkin prinsip sedang-sedang saja ini bisa menimbulkan kesan kurang efektif, misalnya untuk memunculkan inovasi dan kreativitas. Karena kan inovasi biasanya muncul kalau ada ketidakpuasan terhadap sistem yang ada ya. Tapi di lain pihak, Swedia juga terkenal dengan banyak temuan dan inovasinya ya. Hmm.... 

Menghadiri pernikahan teman adalah hal yang membahagiakan. Melihat teman yang pernah menghabiskan waktu bersama-sama kini memulai lembaran baru dalam hidupnya, bersama orang pilihannya *aih bahasanya*. Selama ini sudah beberapa kali menghadiri pernikahan teman, tapi sering juga tidak bisa hadir karena timing yang tidak pas. Ketika saya sedang di Jogja, dapat undangan untuk teman yang nikahan di Sukabumi. Ketika sedang di Sukabumi, dapat undangan untuk teman yang nikahan di Jogja...

Nah, setelah datang ke Sweden, naturally saya menghubungi beberapa kenalan yang sedang tinggal disini kan. Salah satunya adalah Andre, mahasiswa Boras yang dulu ikut program pertukaran pelajar di Jogja. Kami dulu sempat beberapa kali ketemuan, membahas materi kuliah sambil nongkrong di kafe. Ternyata dia akan menikah, dan saya pun diundang untuk hadir di pernikahannya. Senang sekali, karena di tradisi pernikahan Swedia, biasanya mereka tidak mengundang banyak tamu seperti di Indonesia. Sebetulnya dia punya teman-teman yang lebih dekat di Indonesia, tapi ya mereka tidak bisa datang kesini kan karena jarak yang jauh. Jadi saya merasa semacam mewakili teman-temannya di Indonesia untuk hadir di pernikahannya.

Acaranya diadakan di kampung halaman mereka, Lerum, sebuah kota kecil agak di luar Gothenburg. It was nice to see another side of Sweden, bukan cuma daerah perkotaannya. Dan saat hari H pernikahan itu cuacanya cerah sekali, padahal mestinya sudah mulai dingin karena sudah mau masuk autumn.

Pernikahannya... Indah dan romantis. Janji pernikahannya tidak dilakukan di gereja tapi di padang rumput luas, di belakang rumah sang pengantin pria.

A bridge to the meadow. Notice the cute ribbon tied to the bridge handle?

Rangkaian acaranya kurang lebih mirip dengan yang saya lihat di film-film: Pengantin wanita berjalan diiringi bride's maid menuju pengantin pria yang menunggu di altar, pengucapan janji lalu 'you-may-kiss-the-bride' scene. Lalu ada sesi para tamu menyanyi bersama-sama dipandu oleh mbak-mbak bersama band-nya, kemudian ada juga ceramah dari pendeta untuk pasangan pengantin.

Before the kiss

Setelah upacara pertukaran janji selesai, diadakan resepsi pernikahan di sebuah mansion besar masih di kota Lerum.

Antri masuk ke Mansion

Resepsi dimulai dengan standing party di area halaman belakang mansionnya (yang btw tempatnya bagus sekali, menghadap danau). Para tamu disuguhi fingerfoods dan wine -dan non-alcoholic drink untuk anak-anak dan tamu yang tidak minum- sambil menunggu semuanya masuk. Pasangan pengantin hilir mudik mengobrol dengan para tamu. Setelah beberapa waktu, para tamu diajak untuk cheers bersama dengan pengantin (in Swedish: “Skål!”), lalu foto bersama.

Ketika waktu dinner tiba, para tamu dipersilakan masuk ke dalam mansion. Tiap tamu sudah disetting untuk duduk di tempat yang dipersiapkan; ada denah meja dengan nama-nama tamu tertera di kursinya. 



Full course dinner (yang enak sekali..!) berlangsung cukup lama, sambil mendengarkan pidato dari orang-orang yang mengucapkan selamat untuk para pengantin; Orang tua, saudara, rekan kerja, teman.. Bahkan ada yang menyanyi untuk mereka. Beberapa kali tamu diajak untuk "Skål!" lagi. Lalu Andre juga membuat kejutan dengan menyanyi untuk istrinya. 

Acara dinner diakhiri dengan potong kue pengantin, yang mana kemudian kuenya menjadi dessert untuk dinner para tamu.

Boneka pengantinnya... ^^;

Setelah dinner, ada acara hiburan dimana salah satu ruangan dinner disulap menjadi lantai dansa. Ada band pengiring yang menyanyikan lagu-lagu rock tahun 90an, dan tamu yang berminat dipersilakan untuk berdansa.

Rangkaian acara dilakukan dalam bahasa Swedia, tapi Andre selalu berusaha memastikan agar saya tidak merasa menjadi outsider, dengan mengenalkan saya kepada teman-temannya yang sudah terekspos dengan pergaulan internasional sehingga mereka bisa menjelaskan apa-apa yang saya tidak mengerti. Selama dinner pun saya ditempatkan untuk duduk bersama mereka, jadi tidak garing sendiri, bisa mengobrol banyak. Andre bahkan memberi tahu pendeta yang memberkati mereka bahwa ada tamu dari Indonesia yang tidak mengerti Swedish, jadi dia minta untuk mengucapkan sepatah-dua patah kata sambutan dalam bahasa Inggris di sesi upacara pernikahannya.

Ketika mengobrol dengan tamu-tamu di pernikahan Andre, saya beberapa kali ditanya, 'bagaimana pernikahan di Indonesia?'. Ini sebetulnya bingung jawabnya, karena tiap daerah kan punya tradisi sendiri-sendiri kan ya. Jadi saya biasanya menjelaskan bahwa di Indonesia juga ada acara seremonial secara agama, tergantung agamanya apa, lalu ada upacara tradisional, yang formatnya tergantung daerah asal pengantin, lalu ada resepsi, yang biasanya mengundang banyak tamu. Randomly saya menyebutkan contoh-contoh sesi di upacara tradisional, semacam rebutan ayam dan nincak telor di daerah Sunda. Hmm habis ini harus riset lagi nih, akan bagus juga untuk bahan di kelas intercultural communication nanti....

Acara resepsinya dijadwalkan selesai jam 2 malam, tapi saya meninggalkan tempat resepsi jam 12 karena perintah ibu peri.. Not. Jadi jam 12 itu disiapkan bis untuk para tamu yang memerlukan transportasi dari mansion ke stasiun Lerum. Jadilah, setelah pamit dan berterima kasih dan mengucapkan selamat sekali lagi pada Andre dan Clary, saya ikut rombongan tamu yang pulang dengan bis. Dari stasiun saya naik kereta kembali ke Gothenburg, untungnya tidak sendirian karena ada tamu lain yang datang dari Gothenburg juga.

Overall, ini pengalaman yang sangat memorable dan menyenangkan. Jadi kabita nih, kapan ya bisa menyusul... *lalu galau mendekati quarter life fear*....

Grattis på bröllopsdagen! :D

Sabtu kemarin cuacanya bagus, sesuai harapan. Tapi tidak jadi menghabiskan waktu dengan baca Wicked, karena semacam ada dorongan untuk jalan-jalan. Mumpung cuacanya masih enak. Jadilah kemarin jalan-jalan ke Vrångö pulau di sebelah selatan Gothenburg. Vrångö dan beberapa pulau di sekitarnya masih termasuk ke dalam wilayah Gothenburg municipality, yang artinya tiket bis/tram bulanan saya bisa dipakai untuk transportasi kesana. Dari kosan menghabiskan waktu sekitar 50 menit, naik bis, tram, dilanjut ferry...


Tempatnya.... Yah khas suasana pedesaan pinggir pantai... Ada perumahan, sunyi sepi. Area perumahan tempat saya kos saja sudah lumayan sepi, ini lebih lagi... Mungkin tempat yang cocok untuk menghabiskan masa pensiun?

Pemandangan Vrångö dari bukit yang sepertinya titik tertinggi pulau itu:


Overall tripnya seru dan menyenangkan, mungkin juga karena kesananya rame2 dengan teman-teman ya. Later on waktu salah satu teman sekelas tahu saya ke Vrångö, dia bilang di pulau itu kita bisa menangkap kepiting banyak2. Good to know, kalo nanti ingin makan seafood tapi malas beli karena mahal...

Pilihan untuk jalan-jalannya juga tepat, karena hari-hari berikutnya Gothenburg mulai menunjukkan cuaca musim gugur: hujan angin yang dingin menggigit.

Sudah jadi pengetahuan umum bahwa toko secondhand disini adalah tempat yang oke untuk berburu barang keperluan sehari-hari. Baru tiga minggu disini saya sudah menyambangi beberapa toko, dengan tujuan mencari jaket untuk musim gugur. Soalnya, dengan bodohnya saya kesini hanya membawa dua jaket, satu untuk musim dingin dan satu lagi dimaksudkan untuk musim gugur, tapi ternyata yang kedua itu lebih cocok untuk musim panas... T_T.

Sayangnya masih belum menemukan model dan ukuran yang cocok. Namanya berburu di toko barang bekas ya untung-untungan, ada yang bagus modelnya suka tapi agak kebesaran. Ada yang pas tapi warna atau modelnya kurang oke. Mulai frustasi mencari yang second dan menimbang-nimbang untuk beli H&M atau Zara baru sekalian, tapi nanti kasihan dompet saya...

Yang saya dapat dari berburu di secondhand malah sepatu boots untuk musim dingin nanti, karena memang sengaja tidak bawa dari Indo. Dan juga dua benda ini....

Yang kiri hardcover, yang kanan soft cover

 Jadi di sebuah toko secondhand yang cuma buka dua hari dalam seminggu, ada rak buku khusus yang berbahasa Inggris dengan kondisi bagus-bagus, dihargai 5 Kr dan 10 Kr saja. Itu murah sekali bahkan dalam ukuran rupiah, sekitar 8700 - 17400an saja (gara-gara rupiah sedang turun drastis nih). Jauh lebih murah daripada di toko buku second yang sempat saya hampiri di Haga. Jadilah spontan membeli, total 15 Kr... Mengenai bagaimana nanti buku-buku ini bisa memberatkan koper ketika pulang... Urusan belakangan.

Karena banyak sekali yang harus dikerjakan, baru sempat membaca Jane Austen Book Club saja. Lumayan bagus, ada kaitan antara plot dalam buku yang dibahas oleh para anggota klub bukunya dengan kisah hidup para anggota klub itu sendiri. Sebetulnya saya baru baca 3 buku Austen; Northanger Abbey, Persuasion, dan Mansfield Park -kebetulan menemukan edisi bahasa Inggrisnya di perpustakaan Upi waktu sedang mengerjakan proyek di Bandung kemarin-. Dan yah kurang lebih tahu lah cerita Pride & Prejudice. Jadi saya lebih merasakan greget buku ini ketika membaca chapter yang sedang membahas buku-buku yang saya tahu. Belum menonton film versi 2007nya karena waktu itu juga belum baca buku-buku Austen...

Satu hal yang sampai akhir membuat saya bingung, sebetulnya siapa sih yang jadi narator di buku ini...? Memakai kata ganti orang pertama tapi tidak jelas siapa... Dan misteri tentang siapa yang disukai oleh Griggnya juga rasanya terlalu samar-samar. Overall.. 3 dari 5 bintang.

Weekend ini waktu saya lumayan luang, akan mencoba menyempatkan membaca Wicked. Selalu penasaran dengan "fanfiction"nya Wizard of Oz ini, sejak mendengar Rachel dan Kurt menyanyikan Defying Gravity. Semoga cuacanya juga cerah supaya bisa membaca di bangku taman atau pinggir sungai tanpa menggigil kedinginan. Happy Weekend! :)

Kudos untuk Gota Student Union - IT Section, yang sangat berdedikasi untuk membuat acara sosial untuk Maba. Saking banyak acaranya saya cuma ikut beberapa saja, semisal main Laserdome bareng (super seruu! akhirnya bisa main lagi. Nanti lah ya cerita soal ini) dan Padan Tour bersama (tur mengitari kanal di Gothenburg, nanti juga lah ya..). Yang paling baru dan juga seru adalah acara international dinner yang diadakan Senin malam kemarin.

Saya memutuskan bawa gado-gado, mumpung ada bumbu pecel instan (ehehe curang ya) dan rebus-rebus sayurnya gampang.... ^^ Jadilah, Senin pagi, walaupun masih ada literatur yang belum dibaca satu chapter lagi, saya bela-belain menghabiskan waktu sejam lebih demi mempersiapkan bawaan...

Gado-gado Mbak Tanti :)

Walaupun yang hadir cuma seperempat dari jumlah mahasiswa yang diundang (Kelas master saya muridnya sekitar seratus orang. Agak kebanyakan ya?), tapi acaranya tetap seru, dan makanannya juga variatif dan banyak...

Sweets!

Makanan khas Swedia ada Kanelbular, kue coklat, puding telur dengan saus Lingonberry (favorit sayaa), salmon diatas cracker, permen-permen dan coklat swedia.. Dari negara lain ada lazy cake dari Lithuania, Salad kentang dari jerman, moon cake dari cina, kue keberuntungan dari Bulgaria, Falafel dari Syria, kue ala rusia, pancake Perancis, kue Kanada, omelet Spanyol, Nachos dari amerika latin, dan macam-macam lagi... Kebanyakan yang manis-manis tapi yang asin juga ada.

Piring saya. Nggak berani liat timbangan setelah ini... >_<

Setelah puas makan, panitianya mengadakan permainan dimana para peserta secara random dijadikan kelompok harus menggambar salah satu negara peserta international dinner ini, sambil menjelaskan apa yang mereka tahu tentang negara tersebut. Lalu gambarnya diletakkan di lantai, yang berperan sebagai peta dunia. Karena beberapa peserta pulang, jadi tidak semua negara tergambarkan. Tapi tetap menarik dan lucu. Tiap kelompok membuat gambar dengan proporsi yang berbeda-beda, lalu banyak yang bingung dimana letak negara A dan negara B, sehingga akhirnya peta dunia yang kami buat jadinya agak aneh...

Nice little Indonesia there...

Overall, seru dan kenyang! Kalau kata salah satu peserta, perutnya terasa sangat internasional setelahnya. Makanan yang tersisa masih banyak, panitia sampai nyuruh bawa pulang kue-kue yang ditinggal tapi karena eneg dan gengsi saya sok-sok menolak. Padahal harusnya ambil aja yah? :P Gado-gado saya juga nyisa lumayan, apalagi bumbunya. Apa karena keliatan pedes ya? Tapi yah baguslah malah bisa dijadikan lunch untuk keesokan harinya, hehe.

Begitulah sepenggal kegiatan minggu ini. Ingin cerita lebih banyak lagi, seperti misalnya kemarin menghadiri mantenan temen Swedia sini, tapi masih ada literatur yang harus dibaca untuk kelas besok, jadi.. Until next time! :)

Will be busy with... Social schedule?

Setelah seminggu menyesuaikan diri (Mengurus administrasi kampus, ketemuan dengan teman-teman baru dan tentunya jalan-jalan keliling kota), I am officially welcomed by the university! And by the city too.

Hari Rabu dan Kamis adalah acara sambutan general dari kampus. Sebetulnya info yang diberikan hampir semuanya sudah diketahui lewat website, tapi kampusnya mungkin ingin memastikan para mahasiswa internasionalnya bisa sekolah dengan lancar disini.

Konserhuset, tempat orientasi hari pertama & kedua. Aslinya gedung konser. Tapi sudah pada pulang mahasiswanya...

Kamis malam, diadakan welcome dinner reception yang diadakan oleh walikota Gothenburg -diwakili oleh wakilnya- di Stock Exchange Building...

Crowded

Jumat adalah hari orientasi di fakultas. Hal-hal yang diinformasikan lebih praktikal dan penting untuk perkuliahan, seperti penjelasan tentang sejarah fakultas, mata kuliah yg diberikan, dan juga cara-cara mengaktifkan kartu akses gedung dan wifi kampus. Akhirnya bertemu dengan teman-teman sekelas yang lengkap, dan jumlahnya ternyata cukup banyak. 

Gedung Kuliah

Sambutan wakil dekan dan pengenalan dosen-dosen

Selain sambutan dari kampus, mendapat sambutan hangat juga dari teman-teman PPI Swedia. Minggu pertama sempat fika dan jalan-jalan di Gothenburg, lalu hari ini pun ada welcome party untuk menyambut anak-anak yang baru datang ke Gothenburg. Disuguhi sop kaki kambing, sambal ulek dan kerupuk udang, plus salad buah-keju ala Indo dan es blewah. Savior sekali setelah sebelumnya di kosan selalu memuaskan diri dengan masakan ala kadarnya... Sharing cerita dan infonya juga sangat insightful dan penuh gelak tawa. Saking serunya makan dan mengobrol jadi tidak sempat ambil foto yang bisa ditaruh di blog nih...

Sangat excited untuk kuliah lagi! Mata kuliahnya menarik, sesuai dengan minat. Walaupun ada saja sedikit kekhawatiran yang menyelusup di hati, seperti apakah nanti bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, apakah bisa lulus ujian dengan nilai bagus, apakah akan bisa mingle dengan teman-teman di kelas... Tapi overall, I'll do my best!

Bonus foto:

Tanpa sengaja jadi ilusi perspektif begini ya....

Kalau mahasiswa master orientasinya kan biasa saja ya, ternyata orientasi untuk anak2 S1 di Swedia sama saja dengan ospek di Indonesia... Para maba dibentuk kelompok lalu disuruh melakukan hal konyol, seperti misalnya masuk ke dalam air mancur dan mengelilingi patungnya sambil meneriakan yel-yel. Mereka melakukan ini selama setengah jam, sambil diawasi senior. Ada-ada saja ya... -_-

Menemukan toko buku second ketika sedang berjalan-jalan di Haga, kota tuanya Gothenburg. Langsung masuk dengan bersemangat, apalagi melihat tulisan "REA" disana-sini. Rea adalah diskon dalam bahasa Swedia. 

Ketika saya dan tomodachi sedang melihat-lihat koleksi bukunya -sebagian dalam bahasa Swedia tapi mostly berbahasa Inggris-, seorang ibu setengah baya mendatangi kami, bertanya dengan bahasa Inggris yang bagus sekali, "Ada yang bisa saya bantu?". Kami bilang sedang melihat-lihat saja.

Lalu ibu yang ternyata sang pemilik toko menjelaskan bahwa hari saat kami berkunjung itu adalah hari terakhir tokonya buka, karena itulah semua buku didiskon setengah harga. Setelah ini, semua bukunya akan dipindahkan ke toko buku second lain.

"Business has been hard these days," katanya menjelaskan kenapa tokonya tutup. Lalu beliau mempersilakan kami melihat-lihat lagi.

Saya tercenung. Memang yang namanya mempertahankan bisnis itu bukan hal yang mudah, ya, baik di negara maju maupun negara berkembang. 

Saya tergoda untuk membeli buku cerita anak-anak berbahasa Swedia -sekalian untuk belajar bahasanya- serta buku tentang teori etik dan aplikasinya -masih terpengaruh kuliahnya Michael Sandel-. Tapi kemudian saya teringat, baru 4 hari disini sudah mau menambah barang? Nanti kalau mau pindahan bagaimana bawa barang-barangnya? Lagipula, uang beasiswa baru akan turun beberapa hari lagi dan sekarang harus bertahan dengan uang saku dari rumah, yang harus dihemat sebisa mungkin... Akhirnya tidak jadi beli deh... :"(

***

Demikian sekilas updatenya. Doakan saya segera mendapat modem dan paket internet yang memadai supaya bisa update lebih lengkap dengan foto-foto lebih banyak yaa... :)

Meskipun sudah seminggu berlalu sejak Idul Fitri, saya mau mengucapkan Selamat Lebaran, mohon maaf lahir batin ya...! Rasanya Ramadhan tahun ini berlalu begitu cepat... Tapi alhamdulillah banyak melakukan hal yang bermakna: Doing side jobs, kumpul dengan keluarga, reuni dengan teman-teman, bahkan sempat ngadju di lomba debat juga.... Mudah-mudahan tahun depan masih bisa bertemu dengan Ramadhan lagi...

Anyway. Lima hari menjelang keberangkatan, dan packing masih belum selesai... >_< Padahal inginnya menulis macam-macam di blog, cerita persiapan keberangkatan, juga cerita step by step untuk dapat SI scholarship, tapi mungkin nanti ya....

Ketika sedang bongkar-bongkar kamar untuk mencari barang, perhatian saya teralihkan oleh setumpuk buku istimewa di laci meja...

Princess's ........? ;-)

Buku harian waktu saya kecil dulu...!! Cikal bakal dari hobi menulis blog, nih, hehe. Jaman sekarang, masih ada kah yang suka menulis di buku harian?

Membaca tulisan-tulisan di dalamnya, saya tidak habis-habisnya meringis karena isinya sungguh naif dan terkadang norak. Gaya bahasanya juga khas anak kecil, tapi terkadang sok-sok puitis, maklum terpengaruh buku-buku bacaan....

Walaupun frekuensi menulisnya tidak beraturan, tapi saya cukup banyak bercerita juga ternyata. Awal menulis tahun 1996, dilanjutkan hingga saya SMA. Apa saja yang pernah saya tulis di buku harian? Macam-macam, misalnya:

Cerita liburan sekolah... (1st entry di buku harian pertama, lumayan mainstream ya):

hari minggu Tanggal 14 Bulan Juni 1996

Waktu LiBuRan sekolah

waktu liBuran tiba,saya merasa senaaaaang sekali, soalnya saya pergi berLibur di 3Kota ya pertama ke kota saya ini, "Sukabumi"
Di Sukabumi saya ke Pel. Ratu (Pelabuhan Ratu)
Lalu kota yang kedua kota "Tasik Disana ada nenek dan kakek
Dan saya hanya melihat saudara ya di sunat.
Lalu kota yang ketika "Bandung".
Disana saya pergi kemanamana
pertama saya kerumah makan jepang (hoka-hoka bento) lalu dua hari kemudian ke gramedia.
Lalu dua hari lagi kematahari "Bandung" ketempat yangada mainannya itu (alfazone), lalu yang terakhir ketempat kuda lalu samenaikinya 7 keliling. 
habis itu ke "kebun binatang".
Tapi sayang aku harus pulang ke kotaku.

Tanda baca dan penulisan katanya kacau.. Entah kenapa saya suka membuat tanda kutip di beberapa kata yang menurut saya dulu penting.. Juga memberikan keterangan tambahan dengan tanda kurung. Isinya juga plain ya cuma cerita soal liburan. Eh tapi jadi ingat nih dulu kalau liburan memang suka main ke Bandung, naik kuda di ITB, yang ternyata sampai sekarang masih ada lho layanan naik kudanya...

Curhat tentang idola... (4th entry di buku pertama):

Hari: Sabtu   tgl: 4-1-97

Impianku...
Aku ingin sekali berjumpa dengan artis orang2 idolaku. misalnya dengan:
1. Enno lerian.
2. Desi ratnasari.
3. Paramita rusadi.
4. Elma tieana Elma tean Theana
   trio kwek-kwek juga deh.
bila bertemu aku senang sekali walaupun hanya salah satunya!
Tambah deh.
5. Lingua
6. AB Trie
7. The moffats
8. Leonardo dicaprio
dan semua orang idolaku!
dan yang paling kusayang (orang yang bukan keluarga)
"PUTRI DIANA".

Gyaaa. Benar-benar anak tahun 90an... ^^; Calon fangirl banget sih. Adakah yang ingat lagunya Enno Lerian -nyamuk nakal-? I Miss you like crazy-nya the Moffats? Sinetron Janjiku-nya Paramita Rusadi?
Jadi waktu itu sedang ramai berita putri diana meninggal. Saya simpati dan baca segala berita tentang beliau dan jadi suka.. Hiks sayang sekali ya beliau nggak bisa bertemu cucunya... :'(.

Curhat tentang kegalauan anak kecil... (7th entry di buku pertama):

20-10-1997

(ada gambar benang kusut - red)

Hatiku sangat sedih..
mengapa.. mengapa ada orang yang selalu menyakiti hatiku...
Lisnawati... Teh Fani ... dan orang-orang yang membenciku tanpa sepengetahuanku?

Cinta monyet... (21th entry, gyakh umur 11 tahun??)

9-4-1999

Diary, bi Aam waktu itu itu minjem kaset VCD judulnya The Sound of Music. Rameeeeee banget. Inong jadi pengin beli.
Oh iya diary! Apa yang kamu lakukan kalau kamu suka sama seseorang, tapi orang itu naakaaaal banget!
aku pernah sekilas suka sama temen yang super nakal! dia sekarang sekelas sama inong. Bayangin! tas Inong yang jadi agak item gara-gara kena air terus nggak di cuci dibilang isinya oli! Sebel nggak tuh! aku langsung mukul dia. Nggak sopan amat sih!
Kata temen-temen, dia suka sama saya. ah masa? Kalau dia baik sih...
Udah ah! Baaaay!

..... ^^;

Future prediction... (27th entry, tulisan terakhir di buku pertama):

26 - 2 - 2000

Diary, maafin aku ya, karena udah lama nggak ngisi. Malah aku nggak ngucapin selamet tahun baru, sama selamet lebaran.
Diary, kalau kamu manusia, kamu adalah teman terbaikku. Dari dulu aku selalu berkeluh kesah ke kamu. Kamu selalu mendengarkan aku dengan sabar, Dan kamupun tak pernah mau memberi tahu orang lain tentang keluhanku.
Tapi Diary, sayang sekali, kamu dibuat tidak memakai kunci. kalau ada yang melihatmu, kamu langsung dibuka, lalu dibaca.
karena itu, Diary, aku... memutuskan akan memakai Diary yang baru.
oh, tunggu dulu, diary! Jangan marah dulu! Walaupun kamu sudah tidak aku tulisi lagi, tapi kamu adalah diaryku yang paling baik. Karena, kamu adalah Diary pertamaku. Suatu saat, kalau aku sudah besar, aku akan membacamu lagi. Aku pasti akan tersenyum, karena kamu mengingatkanku pada kejadian dulu.
Sudah ya! Good Bye! See you next time! 

13 tahun berlalu sejak tulisan di atas dibuat. Ternyata memang saya kembali membaca diarynya, sambil tersenyum-senyum malu.... Lalu kemudian dengan tega menyebarkan isinya lewat blog ini, hehe, maaf ya, my 11 years old self!

Meskipun bikin meringis, tapi saya bersyukur sih dulu berinisiatif untuk menulis. Bisa kembali mengingat kejadian yang dialami, juga pikiran dan perasaan yang dimiliki dulu... Bisa melihat perkembangan kepribadian juga. Saya yang dulu polos, norak, sensitif dan sulit berteman ini, sekarang bisa juga menjadi orang dewasa yang terus berjuang meraih mimpi.

Kira-kira 10 tahun lagi, saya bakal membaca tulisan di blog dengan meringis juga tidak ya...?