Demokrasi
November 10, 2013Dengan sejarah demokrasi yang panjang, tidak heran Swedia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kualitas demokrasi yang tinggi. Sementara itu Indonesia sering disebut-sebut sebagai salah satu contoh negara yang mampu mengimplementasikan demokrasi dengan baik, tapi kalau dilihat dari banyaknya kasus-kasus korupsi, pelanggaran ham dan berbagai isu lainnya, masih jauh juga untuk mencapai kondisi yang ideal. Sistem demokrasi sendiri memang tidak
lepas dari beberapa kekurangan, tapi setidaknya sistem ini bertujuan
untuk memenuhi hak asasi manusia dengan sebaik-baiknya.
Anyway. Hari Senin kemarin saya berkesempatan mengikuti Democracy & Human Rights workshop yang diadakan di Stockholm oleh Swedish Institute. Agendanya adalah kunjungan ke gedung parlemen Swedia -the Riksdag-, lalu dilanjut dengan workshop mengenai demokrasi dan HAM.
Di sesi pertama, saya dan peserta workshop lain dipandu untuk berkeliling gedung parlemen...
Gedung DPR Swedia |
Ruang sidang dilihat dari public seats. Highly doubt ada anggota parlemen yang tidur atau menonton video selama sidang berlangsung.... |
Sesi kedua (setelah lunch di hotel Sheraton, gaya bener ya) adalah diskusi dengan Hanna Gerdes, political advisor untuk Briggita Ohlsson, Menteri urusan Uni Eropa dan Demokrasi Swedia. Beliau menjelaskan peran Swedia dalam usaha untuk menegakkan demokrasi dan HAM di Eropa. Isu-isu yang dibahas meliputi kondisi orang-orang Romani (gipsi) di Eropa, masalah pengungsi, kebebasan berekspresi, corporal punihsment untuk anak-anak, hak wanita, hak LGBT, dan juga meningkatnya neo-nazism di berbagai negara. Untuk isu demokrasi dalam negeri, walaupun sudah memiliki tingkat partisipasi politik yang tinggi (84.6%), pemerintah Swedia masih berusaha juga untuk menaikkan partisipasi masyarakat.
Heated discussion |
Bicara soal praktek demokrasi, tahun 2014 besok Indonesia dan Swedia akan sama-sama melaksanakan pemilu legislatif. Euforia menjelang pemilunya sudah terasa bahkan sampai disini: Akhir September lalu saya mengikuti sosialisasi pemilu untuk warga Indonesia di Gothenburg, yang cukup informatif.
Mudah sekali untuk tidak mempedulikan pemilu, karena skeptis dengan kondisi politik Indonesia yang ruwet atau karena simply banyak hal yang dirasa lebih penting misalnya. Padahal hak memilih dalam demokrasi adalah hak yang diperoleh masyarakat kita lewat banyak pengorbanan. Karena itulah sejatinya hak ini mesti dipergunakan semaksimal mungkin.
2 comments
Waktu aku SFI sempet nonton video wawancara bareng anggota DPR-nya Swedia. Ternyata orang2nya masih lumayan muda dan ga neko2 banget. Bedalah gayanya sama orang2 DPR Indo yang kayaknya mau dianggep dewa sama yang lain. Jadi simpatik sama orang sini karena itu deh..
ReplyDeleteWah ternyata memang beda ya... Seharusnya emang wakil rakyat itu ya nggak neko neko. Di kita sih orang-orang mudanya mungkin ngga banyak yang minat masuk DPR karena merasa bukan tempat yang cocok untuk mengembangkan diri....
DeleteTerima kasih sudah membaca..!! :)
Silakan tinggalkan komentar disini ya...