Terapi garage sale

June 08, 2012

Beberapa waktu yang lalu saya tidak sengaja datang ke acara garage sale di sebuah kafe. Jadi ingin menulis tentang itu....

Masih seperti baru!

Sekarang di Jogja semakin mudah menemui garage sale. Produk utamanya biasanya terbatas pada pakaian (cowok-cewek), tas dan aksesori. Kalau benda-benda trivial rumahan masih agak jarang, soalnya yang paling menghasilkan laba memang baju.

Garage sale di Jogja biasanya merupakan ajang penggalangan dana,. Misalnya untuk mendanai KKN ataupun acara-acara lainnya. Waktu penyelenggaran paling umum adalah saat Sunmor, Minggu pagi di area jalan UGM yang digunakan jadi pasar kaget masyarakat. Tapi terkadang ada juga yang mengadakan di waktu dan tempat yang berbeda, seperti di kafe yang saya kunjungi waktu itu.

Saya sendiri bersama dengan organisasi debat tercinta pernah beberapa kali menyelenggarakan garage sale, demi mendukung terselenggaranya kompetisi nasional yang kami organisir. Kami mengumpulkan pakaian dan benda-benda lain yang masih bagus namun sudah jarang dipakai, lalu diberi harga dan dijual. Penuh suka duka, tapi lebih banyak suka-nya.

Selain bermanfaat secara finansial, garage sale juga berfungsi untuk menyehatkan mental. Sering kan, kita merasa memiliki keterikatan yang sangat kuat terhadap benda-benda kepunyaan kita. Sehingga, meskipun sudah tidak dipakai, kita juga tidak rela membuangnya. Attachment yang terlalu kuat ini tidak bagus, karena pada dasarnya sebagai manusia kita mesti rela dan menerima perubahan, dan melepaskan sesuatu bila sudah tiba saatnya. Kalau tidak bisa seperti itu, salah-salah bisa mengembangkan perilaku compulsive hoarding, yaitu perilaku obsesif seseorang yang tidak sanggup membuang benda-benda yang sebetulnya sudah tidak berguna -literally sampah- sampai pada tahap mengganggu kesehatan.

Tapi memang tidak mudah membuang sesuatu yang punya arti untuk kita. Baju yang pernah dipakai waktu jalan-jalan bersama keluarga. Sepatu yang dibeli bersama orang yang spesial. Benda yang sebetulnya sudah jarang dipakai tapi masih lumayan bagus, sehingga kita berpikir, 'suatu saat akan dipakai'. Kalau langsung dibuang begitu saja, kan sayang. Disinilah garage sale mengintervensi.

Setidaknya dengan garage sale, kita masih mendapat retribusi setelah melepaskan benda yang berharga itu. Ada semacam garansi bahwa benda yang tadinya milik kita itu akan digunakan dengan baik juga oleh pembeli. Soalnya pembeli itu bahkan mau membayar untuk barang bekasnya kita.

Yang dilematis itu waktu menentukan harga. Karena benda yang mau dijual itu penuh kenangan, kita memberi harga dengan agak subjektif, agak mahal. Sementara pembeli akan melihat benda itu dari sisi fungsinya saja, jadi maunya murah, toh dia tidak memiliki memori yang kita miliki. Jadi waktu garage sale saya menyumbang sepatu yang pernah dibeli di Korea dulu, darurat dibeli karena sandal saya rusak, tapi sampai di indonesia ngga pernah dipakai lagi karena sebetulnya bentuknya tidak sesuai dengan kaki saya. Mengingat nilai kenangannya (itu dibeli di Dongdaemun! perjalanan pertama ke negeri lain!), saya maunya menjual dengan agak mahal lah. 40 atau 50 ribu setidaknya. Sudah setengah dari harga aslinya loh. Tapi, karena pembeli mana tahu itu asal-usulnya bagaimana, mereka maunya murah. Dan kami perlu duit. Akhirnya sepatu itu dijual dengan harga 20 ribu saja. Hiiiiks. Oke. belajar merelakan...

You Might Also Like

2 comments

  1. Sering kan, kita merasa memiliki keterikatan yang sangat kuat terhadap benda-benda kepunyaan kita. Sehingga, meskipun sudah tidak dipakai, kita juga tidak rela membuangnya

    >> beneeeer bangeuts! makanya aku secara rutin juga rajin ngosongin lemari. lemari baju dan buku. herannya kok isi lemarinya masih banyak aja yak (and mostly ya barang yg ga sering dipake), padahal so far udah 2x ngadain bebersih besar2an -______-

    pertama kali tersadar akan kebiasaan numpuk barang ini, waktu nonton Oprah yg edisi compulsive hoarder. hiy serem deh....

    ReplyDelete
  2. Oh iya yang di Oprah itu ngeri emang. Satu rumah isinya sampah semua, tapi si pemiliknya ngga sadar itu tuh sampah... o_0

    hahaha iya mungkin walaupun udah dikosongin, lebih sering diisi ulang mbak lemarinya...

    Sama saya juga, udah dibuang dan disumbangin juga kok ya ngga abis-abis.... ^^;

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca..!! :)
Silakan tinggalkan komentar disini ya...