Putri Disney Ideal?

July 03, 2012

Disney ketambahan putri baru!


Biarpun secara teknis filmnya dibuat oleh Pixar, tapi Brave secara resminya adalah keluaran Disney. Karena itu, Putri Merida sang tokoh utamanya bisalah dikategorikan ke dalam kalangan putri disney, bergabung dengan putri salju, jasmine, ariel, dan kawan-kawannya…

The Huntress
gambar dari fanpop

Sewaktu akan menonton Brave, saya cuma sempat membaca review singkatnya dari IMDB, belum sempat mencari review dari tempat lainnya. Tapi itu cukup untuk membuat saya lebih memilih nonton itu daripada pilihan lainnya (Abraham Lincoln the Vampire Hunter. It sounds absurd and too conspirational…). Lagipula, ini Pixar dan Disney, lho..!

Ternyata filmnya… Bagus sih. Animasinya luar biasa indah, halus dan detail. Setiap helai rambut, setiap daun, setiap gerakan karakternya, betul-betul tampak nyata dan enak sekali dilihat. Musiknya juga bagus. Ceritanya sendiri, sederhana dan enak diikuti: Putri Merida, seorang putri di daerah Skotlandia, adalah putri yang tomboy dan suka berpetualang. Ia merasa terkekang dengan ekspektasi dari ibunya terhadap dirinya, bahwa dia harus menjadi putri yang sempurna, anggun, dan tentu saja, menikah secepatnya dengan orang yang sudah ditentukan, demi tradisi. Ketika kebetulan bertemu nenek penyihir, ia memohon agar takdirnya berubah. Dan ternyata, jreng-jreng, sang penyihir mengartikan permohonannya secara literal sehingga betul-betul terjadi perubahan luar biasa yang mengancam keselamatan keluarganya, dan Merida mesti berjuang untuk memperbaikinya… Sambil tentunya tetap berusaha mempertahankan ideologinya.

Nah meskipun enak ditonton (tidak membuat saya menyesal menghabiskan 25 ribu untuk tiketnya), entah kenapa filmnya tidak terlalu meninggalkan kesan mendalam. Mungkin karena faktor ceritanya yang agak terlalu klasik (putri yang menolak dijodohkan? *uhuk*Jasmine*uhuk*)? Hmm, bisa jadi, walaupun sebetulnya ada banyak unsur yang fresh sih dalam ceritanya, ada twist yang menarik juga di film ini. Atau mungkin karena karakternya yang kurang bisa membuat saya simpati…?

Sebetulnya secara teoritis, putri Merida ini mestinya bisa sangat-sangat relatable bagi saya –dan kebanyakan orang seusia saya-. Dia mandiri, percaya diri, kuat, jago memanah dan naik kuda, tidak semudah itu conform dengan aturan yang dibuat, punya harapan dan keinginan yang ingin diwujudkan… Heroine yang oke lah. Semakin mematahkan tipikal putri disney yang lemah dan harus ditolong oleh sang pangeran. Tapi di sepanjang cerita, dia juga agak terlalu whiny, dan saya kurang suka dengan kenaifannya yang segampang itu mengikuti petunjuk implisit sang penyihir, membuat dia terkesan kurang cerdas, kontradiktif dengan segala penggambaran tentang dia sebelumnya, bahwa dia itu mandiri dll....

Atau mungkin, karena… Uuuhm, spoiler alert, ini seputaran endingnya…
Spoiler:
Karena dia tidak berakhir dengan siapa-siapa? Woow, putri disney yang tetap jomblo sampai akhir ceritaa…! What is more relatable than that for me, yang selalu menjomblo ini…? #curhat. Para pemerhati film dan feminis juga banyak yang memuji ide bahwa si Merida ini tetap jomblo. Brand new thing. Very modern. Blabla.

Tapi saya malahan kecewa. Yaah memang dari 3 calon suaminya, tidak ada yang menarik sih. Tapi sepanjang petualangannya saya berharap dia bertemu siapa, gitu. Karena ini kan dongeng, fairy tale, jadi saya mengharapkan ada ending yang sempurna, dimana sang tokoh utama berhasil menggapai mimpinya dan menemukan cinta. Dan saya bukannya suka dengan putri-putri yang pasif lalu tahu-tahu bertemu pangeran sih. Saya suka ketika para putri disney terlihat semakin mandiri, memiliki impian (bukan mimpi untuk bertemu pangeran) dan mengejarnya… Tapi saya juga suka ketika dalam proses mengejar mimpinya, mereka juga menemukan cinta. Too good to be true, but that’s why we call it fairy tale, right?

Mungkin saya saja yang shallow, jadi korban parade putri disney dan shoujo manga dimana sang heroine selalu mendapatkan happy ending bersama pasangannya. Atau masih terbawa dalam persepsi masyarakat tradisional yang berpandangan bahwa happy ending bagi perempuan itu ketika bisa menikah. Sehingga agak sulit menerima upaya pixar/disney yang ingin mendefinisikan ulang arti dari ’happily ever after’ mereka. Walaupun sekarang saya menikmati masa-masa mengejar impian dengan status jomblo, saya juga berharap suatu saat akan bertemu dengan seseorang yang bisa saya cintai dengan sepenuh hati #whatthehelldidIjustwrote… Karena itu, Brave yang memiliki open ending seperti itu, bagi saya kurang bisa mengena.

Atau jangan-jangan mereka merencanakan sekuel…?

Yah begitulah. Jadi film ini oke untuk ditonton, tapi dari saya, bintangnya 3 dari 5 saja…

Sebagai penutup… Putri Disney ideal dan tidak ideal versi saya:

# Paling tidak ideal

gambar dari sini

Putri Aurora a.k.a Sleeping Beauty

Uuuhm, sudah jelas kan? Karena dia betul-betul tidak melakukan apa-apa selain menyanyi dan dengan bodohnya tertusuk jarum dan tertidur… Menunggu diselamatkan pangeran. Bahkan Snow White saja masih ada aksinya, jadi asisten rumah tangga para kurcaci…

#Paling Ideal

gambar dari sini

Sampai SMA, putri paling ideal untuk saya adalah Ariel. Biarpun banyak yang mengatakan bahwa Ariel ini lambang ketidakberdayaan wanita (Rela ganti spesies demi seorang cowok! Menukar harta berharganya, secara harfiah kehilangan freedom of speech demi seorang cowok!), bagi saya Ariel tetap oke… Saya suka rasa ingin tahunya yang besar tentang dunia, keunikannya yang suka mengumpulkan ’benda-benda darat’ (compulsive hoarder? Hahaha), dan kebaikan dan ketulusan hatinya… Dia juga keren, berani mengambil resiko (kehilangan suara) demi mewujudkan mimpinya (walaupun mimpinya sudah tercampur antara ’melihat dunia’ dengan ’bertemu pangeran Eric’).

Kemudian datang Tiana dan Rapunzel, yang sangat-sangat keren.

gambar dari sini

gambar dari sini

 Mereka punya mimpi yang tidak berhubungan dengan ’finding love’ (Tiana ingin membuka restoran, sementara Rapunzel ingin bebas dan melihat festival lampion..), berusaha mengejarnya, mengalami banyak rintangan dari luar (penyihir jahat, etc) maupun dari dalam (Tiana yang terlalu keras kepala dan terlalu fokus dengan satu tujuan, Rapunzel yang moody..?). Dan kemudian, selama proses perjuangan tersebut, mereka juga menemukan cinta, yang terbentuk bukan karena love at first sight tapi karena mereka saling menyukai dan memahami karakter pasangannya... Dan mimpi mereka juga akhirnya tercapai. Great stories, great characters....

You Might Also Like

2 comments

  1. iya brave ini good but not great ya... :)

    sampe ngakak baca putri yang gak ideal nya si sleeping beauty karena dia gak ngapa2in. hahaha. bener juga ya... :P

    ReplyDelete
  2. Iya Brave ini cuma sampai good aja deh...

    Hehe iya jadinya si Aurora ini NASSO banget: No Action Sing & Sleep Only...Lebih parah dari NATO... -_-

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca..!! :)
Silakan tinggalkan komentar disini ya...