Couchsurfer

August 13, 2012


Beruntunglah kita para pecinta traveling yang hidup di abad 21, karena minat ini sudah semakin terfasilitasi berkat perkembangan teknologi. Couchsurfing adalah salah satu buktinya. Konsep awal dari website ini sederhana, sebagai wadah bagi para traveler untuk mencari host sukarela di tempat yang akan dia datangi. Mengapa namanya couchsurfing? Itu menggambarkan jika kita menginap di rumah teman, tempat tidurnya juga seadanya, misalnya di sofa. Tentu saja dalam prakteknya, banyak juga host yang dengan baik hatinya menyediakan kamar.

Dalam perkembangannya, Couchsurfing ini tidak lagi hanya fokus dalam ajang mempertemukan host dan surfer, tapi juga menjadi wadah bagi para traveler untuk berkomunitas dan mengorganisir berbagai kegiatan. Kita juga bisa saling kontak dengan member lain, tidak harus janjian untuk menumpang di tempat tinggal tapi janjian bertemu dan hang out bersama saja. Memang fungsi utamanya tetaplah sebagai media untuk mempertemukan para traveler dari berbagai penjuru dunia untuk saling berbagi.

Saya suka dengan konsep Couchsurfing. Secara pragmatis, couchsurfing memungkinkan para traveler dengan dana terbatas untuk mendapat tempat berteduh yang gratis. Tapi lebih dari itu, couchsurfing juga menyimbolkan semangat untuk berbagi dan menjalin silaturahmi yang riil. Sesuai bukan dengan semangat Ramadhan? (maksa supaya agak sesuai dengan tema Ramadhan ya ^^).

Walaupun tidak terlalu aktif dalam komunitas ini, tapi saya sudah lumayan mendapat pengalaman berharga melalui couchsurfing. Secara harfiah tidur di sofa seorang couchsurfer cantik dan baik di Jerman bersama Monic (sofanya tipe yang bisa dilebarkan kok), bertukar pikiran dengan couchsurfer anarkis-atheis pecinta Jejepangan yang sopan dan pintar di Stockholm, juga bergosip banyak dengan couchsurfer Malaysia di sebuah kafe di Jogja. Kemudian akhir Juli lalu, sempat juga jalan-jalan sebentar dengan couchsurfer dari Belanda yang penuh rasa ingin tahu tentang budaya Indonesia (dan juga Islam).

Couchsurfer buddy :-)
Di tengah-tengah masyarakat yang semakin paranoid dan  mudah berprasangka buruk terhadap orang lain, couchsurfing justru menjadi wadah untuk semakin mengasah rasa percaya kepada orang lain, juga meminimalisir stereotyping dan prasangka buruk. Iya sih tetap saja harus ada unsur kewaspadaan ketika akan bertemu orang asing. Couchsurfing juga sudah membuat sistem yang cukup bisa diandalkan dalam background check member, misalnya sistem verifikasi dan sistem saling memberi testimony terhadap member yang sudah pernah ditemui. Tapi tetap saja, menghubungi orang asing dari budaya yang berbeda untuk bertemu dan bahkan menginap, merupakan suatu tindakan yang memerlukan rasa percaya dan prasangka baik yang cukup besar, kan. Dengan kata lain, melalui situs ini…

meme diambil dari sini

Btw, ini postingan tidak bermaksud promosi atau apa, cuma terinspirasi karena kemarin habis ketemuan dengan sesama anggota CS saja... ^^

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih sudah membaca..!! :)
Silakan tinggalkan komentar disini ya...