Cerita mudik

August 21, 2012

Sejak mulai kuliah, saya melakukan mudik dobel: Dari Jogja mudik ke Sukabumi untuk menghabiskan beberapa hari terakhir Ramadhan, kemudian dari Sukabumi mudik ke Tasik karena kedua orang tua kampung halamannya disana. Terkadang berangkat ke Tasik H-1 dari Idul Fitri, terkadang H+1, pernah juga berangkat pas hari H-nya. Di Tasik, kami merayakan Idul Fitri bersama keluarga besar dari mamah dan papah. Tahun ini, kami berangkat H-1 dan melaksanakan solat Eid di rumah nenek. Sekarang ini saya sedang mengupdate live dari rumah nenek (dengan koneksi internet dari hape, bersyukur dengan fungsi portable wi-fi dari Galaxy Young..).

Beberapa cerita seputar mudik tahun ini:

- Hal paling menyebalkan ketika terjebak dalam kemacetan arus mudik: Ada mobil yang seenaknya menerobos lewat pinggiran jalan, yang akhirnya membuat kemacetan bertambah parah. Beberapa mobil yang kemarin melakukan hal itu segera diklakson dengan ramai oleh mobil-mobil lainnya, karena menciptakan deadlock (mobil dari kedua arah jadi tidak bisa maju sama sekali)... Waktu tempuh normal Sukabumi - Tasik sebetulnya 5 jam saja, tapi kemarin akhirnya jadi sekitar 10 jam, termasuk saat berhenti untuk solat dan buka puasa. Yah, macet itu malah jadi sensasi saat mudik, kan ya. Asal jangan terlalu lama saja...

- Drama Korea ternyata bisa jadi pencair suasana, sebagai bahan obrolan dengan dengan keluarga besar, mulai dengan sepupu dan keponakan yang masih kecil-kecil, sepupu yang seumuran, hingga para tante. Luar biasa memang the power of K-Wave...

- Seperti yang sudah bisa diduga pertanyaan seputar kelulusan kuliah dan pasangan hidup muncul di sana-sini. Ditanggapi dengan tawa, sekalian jadi ajang meminta doa saja supaya kedua urusan tersebut benar-benar bisa dilancarkan tahun ini. Amiiiin....

Secara keseluruhan, mudik tahun ini menyenangkan, bisa bertemu dengan keluarga besar. Seperti halnya kebanyakan masyarakat Indonesia, keluarga besar memegang peran cukup besar dalam kehidupan saya, terutama ketika masih kecil dulu. Setiap kali lebaran atau liburan sekolah, saya paling suka liburan di Tasik dan bertemu dengan para sepupu. Mamah punya 7 saudara dan Papah punya 9 saudara, jadi sepupu saya cukup banyak, dengan usia bervariasi. Keluarga besar dari mamah juga suka mengorganisir acara liburan bersama, biasanya ke Pangandaran tapi pernah juga ke Jogja. A lot of sweet memories...!!

Misalnya ini adalah saat liburan lebaran keluarga besar di Jogjakarta sekian tahun lalu:

ki-ka: Saya (bertopi dan berhot-pants), teh fani (sepupu), kakek dari mamah (alm), imouto, A Uji (sepupu)
Dan ini foto lebaran waktu saya SMP kalau tidak salah...

Yang di tengah kakek (alm) dari papah... Saya yang berbaju oranye.. ^^
 Seiring berjalannya waktu, dinamika dalam keluarga besar saya juga berkembang. Changes happen. Ada yang pergi, ada yang datang. Meskipun demikian, tradisi untuk berkumpul bersama masih tetap dipertahankan. Because we are family, after all.
Pernah membaca di buku mengenai psikologi lintas budaya, bagi masyarakat Asia, keluarga besar adalah salah satu bagian dari identitas diri yang cukup penting. Apalagi kalau keluarganya masih tradisional, dimana satu keluarga besar masih tinggal bersama. Sementara masyarakat barat lebih menekankan fungsi keluarga inti saja, dan koneksi antara keluarga inti dengan anggota keluarga lainnya tidak sebegitunya. Sekarang masyarakat Indonesia sedang berkembang menuju modernisasi, tapi semoga saja masih akan terus mempertahankan tradisi untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar. Kalau melihat tingginya arus mudik tahun ini, sepertinya masih lah ya... :-)

You Might Also Like

2 comments

  1. terlepas dari macetnya, emang ngumpul2 keluarga besar pasti menyenangkan ya!!! :)

    ReplyDelete
  2. Iya, walaupun kadang ada aja hal-hal yang slightly annoying tapi tetep aja menyenangkan... ^^

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca..!! :)
Silakan tinggalkan komentar disini ya...