Baru-baru ini saya dibuat menangis oleh sebuah anime slice of life berjudul sangat panjang: Ano hi mita hana no namae bokutachi wa mada shiranai (We still doesn't know the name of the flower that we saw that day). Dibuat tahun 2011, anime ini sudah banyak membuat para pecinta anime takjub dengan ceritanya yang bittersweet, karakterisasinya yang dalam, animasinya yang indah serta soundtracknya yang bagus dan sesuai sekali dengan animenya. Sementara saya sendiri baru menemukan judul ini kemarin-kemarin setelah melihat judulnya masuk dalam 'reccomended anime' di halaman info Usagi Drop myanimelist. Beruntung, karena memang seluruh pujian terhadap anime ini terbukti benar...! 5 dari 5 bintang!
gambar dari sini |
Anohana (singkatan resmi dari anime ini) berkisah mengenai Jinta Yadomi (a.k.a Jintan), seorang remaja hikikomori (orang yang menolak pergi keluar rumah) yang tiba-tiba didatangi oleh Menma, teman masa kecilnya yang seharusnya sudah meninggal bertahun-tahun lalu. Awalnya Jintan mengira Menma cuma halusinasinya saking dia sudah jadi hikikomori, tapi lama-lama dia menerima saja keberadaan Menma sebagai hantu yang mondar-mandir di sekitarnya. Si Menma ini rupanya datang untuk meminta bantuan Jintan dalam memenuhi keinginannya yang belum sempat tercapai. Sayangnya dia sendiri lupa apa itu keinginannya.
Jintan menyimpulkan 'halusinasi'nya akan berakhir jika dia memenuhi keinginan si Menma, maka dia pun mulai berusaha. Tapi, pemenuhan keinginan tersebut membuat Jintan harus keluar dari benteng yang ia bangun selama ini: Ia harus menghubungi kembali teman-teman lamanya, para anggota Super Peace Buster, geng yang dipimpin oleh Jintan di masa kecil. Usaha yang tidak mudah, karena setelah kematian Menma, geng ini bubar dan para anggotanya hidup di jalannya masing-masing.
Beruntungnya, para ex-member ini mau menerima penjelasan Jintan (Menma mendatangiku dalam mimpi, ada keinginannya yang belum terpenuhi, blabla), mencoba mencari tahu apa keinginan terakhir Menma, dan berusaha memenuhinya. Namun ternyata, usaha ini malah membuka luka lama dan menguak rahasia dan penyesalan yang dipendam oleh tiap anggota Super Peace Buster. Menma sendiri sampai terluka karena menyaksikan betapa orang-orang yang disayanginya ternyata masih belum bisa move on setelah kepergiannya. Lantas, apa sebetulnya keinginan Menma? Berhasilkah itu diwujudkan oleh Jintan dan kawan-kawannya?
******
(mild spoiler!)
Masa
kanak-kanak menentukan masa kini dan masa depan seseorang, begitulah
prinsip yang diusung oleh teori psikoanalisis. Jika seseorang memiliki
permasalahan psikologis saat ini, terapis yang menggunakan pendekatan psikoanalisis biasanya akan mencoba menguak masa kanak-kanak sang klien, dan biasanya memang menemukan ada trauma di masa kecil yang memiliki korelasi dengan permasalahan klien di saat ini. Sebetulnya teori ini masih menjadi pro-kontra sih, tapi setidaknya ini menjadi basis dari permasalahan yang diangkat dalam Anohana.
Jintan sang tokoh utama adalah contoh yang paling eksplisit. Sebelum kematian Menma, dia adalah jendralnya anak-anak, sosok pemberani yang memimpin teman-temannya dalam petualangan masa kecil. Setelah kematian Menma (murni kecelakaan, namun terjadi tepat setelah ada konflik kecil dalam kelompok Super Peace Buster), Jintan tidak berminat lagi bermain dengan teman-temannya, menjadi semakin pendiam, tertutup, dan akhirnya menolak pergi ke sekolah.
Teman-teman Jintan yang tampaknya normal-normal saja pun, sebetulnya terpukul dengan kepergian Menma, dan mengatasinya dengan cara masing-masing; Entah itu keliling dunia, bergaul dengan teman-teman yang 'keren', hingga 'mencoba menghidupkan kembali Menma dengan caranya sendiri' (ya ampun susah menjelaskan bagian yang ini tanpa spoiler. >_<).
Untung(?) bagi mereka, Menma datang kembali dan membantu mereka meng-embrace penyesalan dan kesedihan yang tadinya disembunyikan. Saya suka dengan monolog Jintan di bagian ending, yang saya parafrasekan kurang lebih begini: "the flower that we saw that day has gone, but we're sure it's growing in somewhere else. meanwhile, we'll keep living and try to fulfill her wish". Pertama-tama, metaforanya oke! Menjelaskan arti dari judul yang super panjang itu. Kemudian monolog itu juga dengan indah menyimpulkan bahwa anak-anak itu akhirnya tidak lagi menyesali masa lalu, tapi justru menghargainya dan mau menatap masa depan dengan sikap positif. Sesuatu yang tadinya tidak sanggup mereka lakukan.