Review Januari: Hobbit, Samurai, Pembunuh Bayaran & Eksil Politik
January 31, 2013
Film dan buku yang berhasil disimak selama liburan di
rumah (nggak heran berat badan bertambah, kerjaannya ya maen sama Azra, nonton,
baca, dan makan melulu…):
FLM#01: The Hobbit: Unexpected Journey
gambar dari sini
Puas sekali mengobati rasa kangen terhadap Middle Earth.
Durasinya yang panjang sama sekali tidak kerasa…. Penggambaran ceritanya luar
biasa detail. Suka juga ketika nyanyian yang ada di buku benar-benar
dinyanyikan, jadi terasa sekali nuansa The Hobbitnya. Sepertinya ada beberapa
bagian yang dimodifikasi, misalnya Azog si goblin jahat yang mengejar-ngejar
rombongan kurcaci kan kalau di bukunya diceritakan betul-betul sudah mati
ketika perang Moria. Tapi mungkin dia dihidupkan untuk menambah unsur
ketegangan dalam filmnya. Yaah, ngga apa-apa juga.
Film ini menceritakan 6 bab pertama dari bukunya. Berarti
kedua sekuelnya masing-masing akan menceritakan 6 bab juga..? Hmm. Jadi nggak
sabar nunggu sekuelnya, biar bisa melihat aksi Kili lagi. Nggak nyangka ada
kurcaci yang ganteng. Thorinnya juga lumayan gagah. Penampilan
fisiknya dibuat seperti itu, sepertinya untuk alasan komersial ya… Kan penonton
juga bisa capek kalau yang ditonton cuma satu hobbit dan segerombolan kurcaci
bertampang khas kurcaci… ^^;
Overall penilaian untuk film ini… 4 dari 5 bintang.
FLM#02: Rurouni Kenshin the Movie
gambar dari sini
Sudah menunggu-nunggu untuk menonton film ini sejak
mendengar kabar bahwa anime penuh kenangan ini akan dijadikan Live Action.
Sayang sekali tidak diputar di bioskop besar, pasti penontonnya banyak deh,
secara banyak sekali orang yang suka Samurai X. Akhirnya baru kesampaian nonton
kemarin, di laptop.
Filmnya…. bagus. Takeru Satoh surprisingly cocok jadi
Kenshin Himura.. Padahal dulu saya nggak begitu perhatian sama dia waktu jadi
Kamen Rider maupun
jadi sahabatnya Hiruma Miura di Bloody Monday. Ceritanya sendiri, garis
besarnya miripseperti Samurai X di awal-awal cerita, tapi banyak disingkatnya. Jadinya kita kurang bisa menginvestasikan emosi sama
karakter-karakternya. Bahkan si Kaoru pun rasanya kurang banyak disorot,
apalagi Sannosuke dan Yahiko. Malah porsinya si Megumi agak lebih banyak. Karakter
penjahatnya juga rasanya jadi agak flat.
Tapi tetep seru kok, adegan pertarungannya keren. Daan
OSTnya… Hehe jadi semakin kagum dengan OneOKRock nih (lirik Kholis).
Overall… 3.5 bintang!
LTR#02: Jakarta!
Yup, akhirnya baca buku hadiah giveaway dari Nana.
Seperti yang saya tulis di komen blognya, saya penasaran sekali dengan buku
ini karena ditulis oleh orang Perancis yang tertarik dengan Indonesia,
Christophe Dorigne-Thomson. Dari sinopsisnya, novel yang dia tulis berkisah
tentang pembunuh bayaran. Hmm…
Tokoh utama buku ini adalah Edwin, seorang pemuda
Perancis setengah Inggris lulusan sekolah bisnis yang cerdas dan kritis.
Awalnya dia akan bekerja di New York, tapi karena kematian adiknya dia jadi
mempertanyakan kembali tujuan hidupnya dan memilih untuk jadi pembunuh bayaran.
Dia melakukan berbagai macam misi membunuh, biasanya yang menjadi target adalah
orang penting di dunia bisnis yang perlu disingkirkan demi kelangsungan bisnis
klien Edwin. Setelah melakukan misi di berbagai negara, akhirnya dia merasa
kerasan dengan Indonesia, yang menurutnya memiliki potensi yang tinggi untuk
berkembang.
Walaupun dibilang novel, terkadang saya merasa buku ini
seperti esai panjang dari penulis, yang banyak menganalisis kondisi ekonomi dunia
dari perspektif Edwin. Ditambah lagi, sama sekali tidak ada dialog dalam buku
ini, jadi terasa agak kering. Saya membayangkan ceritanya akan terasa lebih
hidup seandainya dialog-dialog antara Edwin dengan mentornya, Edwin dengan
kekasihnya, juga Edwin dengan klien dan targetnya betul-betul ditampilkan.
Ceritanya
sendiri oke, imajinatif sekaligus believable, if you know what I mean… Proses
training serta misi-misi yang dijalani Edwin terasa cukup seru dan membuat
penasaran.
Sementara topik Indonesia-nya, baru diceritakan di 20
halaman terakhir. Di luar ekspektasi sih, karena isi dari endorsement di luar
bukunya banyak yang membicarakan tentang betapa Indonesia bisa bangkit blabla.
Gimana yah saya kurang bisa relate dengan alasan Edwin yang jatuh cinta dengan
Indonesia(pemudanya banyak, masyarakatnya punya semangat juang untuk bertahan
hidup, dunia malamnya seru –gambaran umum tiap negara berkembang..-), mungkin
karena terlalu singkat penceritaannya. Tapi toh alasan orang jatuh cinta memang
susah dijelaskan ya? *sokfilosofis*.
Anyway..
Tetep enjoy kok baca buku ini. Jadii, 3 dari 5 bintang.
LTR#03:
Pulang
Mendapat akses terhadap buku ini waktu reuni dengan
Citra, sahabat waktu SMA yang sekarang kerja di badan penerbitan. Ditulis oleh
Leila S. Chudori, buku ini mengambil peristiwa G30S tahun 1965 serta kerusuhan
Mei 1998 (dan kerusuhan di Perancis tahun 1968) sebagai latar belakang.
Bagian pertama buku ini berkisah mengenai Dimas Suryo,
wartawan Berita Nusantara yang kena cap antek PKI sehingga tidak bisa tinggal
di Indonesia. Jadilah ia mendapat suaka di Perancis, bertemu Vivienne, wanita
Perancis yang cantik dan menikah dengannya, kemudian bersama sahabatnya sesama
eksil politik mendirikan usaha bersama di Perancis: Restoran masakan Indonesia.
Meskipun telah mendapatkan tempat tinggal yang nyaman, Dimas masih tetap
merindukan Indonesia, merindukan sahabatnya yang tertangkap dan tewas di
Indonesia, serta memikirkan Surti –istri Hananto- dan anak-anak mereka….
Sementara bagian kedua buku ini berkisah mengenai Lintang, putri Dimas dan
Vivienne, yang mesti mengunjungi Indonesia untuk membuat tugas akhir, tepat
ketika Indonesia sedang mengalami pergolakan ekonomi dan politik di tahun 1998.
Lintang mengalami pertemuan yang insightful dengan orang-orang yang berhubungan
dengan masa lalu Dimas…
Begitu membaca beberapa halaman awal buku ini, saya terpesona,
teringat kembali dengan masa-masa ketika masih rajin baca sastra Indonesia.
Diksinya bagus dan enak dibaca, ceritanya mengalir dengan lancar dan membuat
saya tidak bisa berhenti. Beberapa bagian terasa menegangkan, bagian lain
terasa romantis, bagian lainnya mengharukan. Bagian favorit saya adalah ketika
Dimas dan sahabat-sahabatnya berjuang untuk bertahan hidup di pengasingan,
hingga terpikir untuk membuat restoran. Penggabungan antara fiksi dan nyatanya terasa
pas, sehingga saya sampai harus menggogling ”Dimas Suryo” untuk meyakinkan diri
bahwa tokoh ini fiktif.. :P
Di bagian yang mengisahkan Lintang, meskipun tetap
menarik, tapi kadang saya merasa penceritaannya tidak semenggigit bagian pertama.
Di bagian pertama tokoh2nya diceritakan masih menggunakan bahasa Indonesia yang
baku, sementara di bagian kedua tokoh-tokohnya banyak menggunakan bahasa santai
ataupun frase berbahasa Inggris di dalam dialognya. Mungkin ini dibuat untuk
menunjukkan perbedaan jaman, tapi jadinya buat saya terasa agak gimana, gitu.
Lepas dari itu, saya sukaa sekali dengan bukunya. Jadi
tertarik untuk membaca buku lain buatan pengarangnya nih. Untuk yang ini, saya
beri 4 dari 5 bintang!
**
Demikian review akhir bulannya. Waduh dalam 1 bulan cuma baca
3 buku, sepertinya harus mengubah target buku yang akan dibaca dalam setahun
nih. 100 mungkin agak terlalu banyak, ya… ^^; Tapi lumayan bangga karena 2 dari 3 bukunya berupa hard copy, bukan ebook, hehe...
2 comments
Tantiii itu harusnya Haruma Miura, hehehe.. :D pengen nonton Kenshin jg.. banyak yg bilang bagus, padahal sebenarnya aku gak suka sm Takeru Satoh :p mgkn hbs nonton jd bs berubah perasaan :D
ReplyDeleteUps, iya Haruma.. Mengaku fans tapi salah nyebut nama ya XP
DeleteIya saya jadi lumayan respek sama Satoh ini gara2 dia jadi Kenshin, ayo ditonton aja Cha.. Kalo ada waktu hehe... ^^
Terima kasih sudah membaca..!! :)
Silakan tinggalkan komentar disini ya...