Saya suka sekali nonton dorama dan baca manga bertema masak. Ilustrasi makanannya selalu menggugah selera, dan proses memasaknya pun digambarkan dengan menarik dan dramatis. Judul komik yang sekarang saya inget ada Delicious!, Hopper & Yummy's Kitchen, Kitchen Princess.. Ada juga Master Cooking Boy dan Yakitate! Japan yang suka lebai penggambaran reaksi makannya. Kalau dorama, Hungry! yang sempet direview di blog ini oke... Selain itu favorit saya Lunch Queen, My Little Chef, dan Bambino! (ini kenapa banyak judul yang pake tanda seru ya..).
Sesuka-sukanya dengan cerita bergenre memasak, saya nggak lantas jadi tergugah untuk suka memasak. Padahal di lain pihak, ada kasus semacam William, kontestan (lalu kemudian jadi juara) Master Chef yang jadi suka dan jago memasak karena nonton Bambino!. Imoto yang sama-sama suka drama-komik masak juga jago masaknya.
Waktu baru akan mulai kuliah S1 dulu, saya lumayan antusias dengan ide akan tinggal dan masak sendiri. Dengan semangat saya kumpulkan resep-resep dari berbagai majalah di rumah, juga dari komik-komik bertema memasak yang ada. Bundelan resepnya kemudian dibawa ke kosan di Jogja (waktu itu laptop berinternet belum jadi barang umum sih, apalagi smartphone untuk cari resep... wow time flies...).
Sampai di Jogja.. Semangat memasaknya menguap dengan segera. Banyak kegiatan, dapur di kosan kurang nyaman untuk masak, tapi alasan paling utamanya ya karena makanan jadi di Jogja itu murah meriah. Yang pernah ngekos di Jogja pasti ngerti, kalau dihitung-hitung biaya masak sendiri untuk satu orang bisa lebih mahal dibandingkan beli masakan jadi di warung nasi terdekat. Kalau masak untuk rame-rame mungkin lain ya. Jadilah, skill memasak saya tidak banyak bertambah selama S1.
Sedikit pengecualian terjadi waktu ikut exchange program di Boras. Karena harga masakan jadi di Swedia mahal, jadilah saya mencoba untuk memasak sendiri untuk penghematan. Dapur di dormitorynya bagus sekali kalau dibandingkan dengan dapur di kosan sebelumnya: Kompor + oven + microwave yang oke, peralatan dapur yang lumayan banyak, plus tiap penghuni dapet jatah satu blok kulkas dan freezer. Wuo nggak ada alasan tempatnya nggak memadai, kan..! Mestinya. Tapi yah, akhirnya saya cenderung masak yang simpel-simpel saja, soalnya itu satu dapur dishare oleh 12 kamar.. Jadi somehow suka malas untuk masak yang ribet-ribet ketika di dapurnya ada beberapa orang sedang masak. Daaan kadang ada kasus bahan makanan yang disimpen di kulkas berkurang secara misterius.. Jadi kan males nyetok macam-macam makanan yah. *ah bilang aja males masak Ti...*.
Sekarang, saya ngekos di rumah warga Swedia, yang dapurnya bagus dan lengkap: Satu set kompor dengan oven, kulkas dan freezer jumbo, aneka macam cooking & baking tools, bahkan ada macam2 bumbu masak yang kata landladynya boleh saya pakai kalau perlu... Nggak dishare dengan banyak orang pula ruangannya. Rasanya sayang kalau nggak dimanfaatkan.
Jadilah, dua bulan ini sudah lumayan mencoba-coba bikin aneka masakan. Kadang gagal, kadang berhasil, seringnya sih so-so. Tapi yang penting belajar ya. Mood memasaknya juga naik turun. Kalau sedang malas, saya tahan makan masakan ala Hye Sung: Nasi campur macam-macam yang penting bisa dimakan. Tapi kalau sedang mood, rela deh berkutat lama di dapur demi bereksperimen.
Beberapa kreasi yang passable untuk dipajang:
Kalau harus ngampus dari pagi sampai sore, saya suka bawa bento juga ke kampus...
Sempat juga bikin yang manis-manis..
Masih belum pede untuk menyuguhkan masakan ke orang lain. Sempat sih menyuguhkan soto ayam untuk ibu kos. Beliau senang dan bilang enak tapi nggak tahu ya apa beneran enak atau sekedar basa-basi.. Mudah-mudahan sih beneran, soalnya sudah pakai bumbu indofood itu *bukakartu*.
Conclusion? Cooking is fun! Dan merupakan sarana refreshing yang produktif, misalnya dari persiapan ujian yang bikin stres.. ^^
Sesuka-sukanya dengan cerita bergenre memasak, saya nggak lantas jadi tergugah untuk suka memasak. Padahal di lain pihak, ada kasus semacam William, kontestan (lalu kemudian jadi juara) Master Chef yang jadi suka dan jago memasak karena nonton Bambino!. Imoto yang sama-sama suka drama-komik masak juga jago masaknya.
Waktu baru akan mulai kuliah S1 dulu, saya lumayan antusias dengan ide akan tinggal dan masak sendiri. Dengan semangat saya kumpulkan resep-resep dari berbagai majalah di rumah, juga dari komik-komik bertema memasak yang ada. Bundelan resepnya kemudian dibawa ke kosan di Jogja (waktu itu laptop berinternet belum jadi barang umum sih, apalagi smartphone untuk cari resep... wow time flies...).
Sampai di Jogja.. Semangat memasaknya menguap dengan segera. Banyak kegiatan, dapur di kosan kurang nyaman untuk masak, tapi alasan paling utamanya ya karena makanan jadi di Jogja itu murah meriah. Yang pernah ngekos di Jogja pasti ngerti, kalau dihitung-hitung biaya masak sendiri untuk satu orang bisa lebih mahal dibandingkan beli masakan jadi di warung nasi terdekat. Kalau masak untuk rame-rame mungkin lain ya. Jadilah, skill memasak saya tidak banyak bertambah selama S1.
Sedikit pengecualian terjadi waktu ikut exchange program di Boras. Karena harga masakan jadi di Swedia mahal, jadilah saya mencoba untuk memasak sendiri untuk penghematan. Dapur di dormitorynya bagus sekali kalau dibandingkan dengan dapur di kosan sebelumnya: Kompor + oven + microwave yang oke, peralatan dapur yang lumayan banyak, plus tiap penghuni dapet jatah satu blok kulkas dan freezer. Wuo nggak ada alasan tempatnya nggak memadai, kan..! Mestinya. Tapi yah, akhirnya saya cenderung masak yang simpel-simpel saja, soalnya itu satu dapur dishare oleh 12 kamar.. Jadi somehow suka malas untuk masak yang ribet-ribet ketika di dapurnya ada beberapa orang sedang masak. Daaan kadang ada kasus bahan makanan yang disimpen di kulkas berkurang secara misterius.. Jadi kan males nyetok macam-macam makanan yah. *ah bilang aja males masak Ti...*.
Sekarang, saya ngekos di rumah warga Swedia, yang dapurnya bagus dan lengkap: Satu set kompor dengan oven, kulkas dan freezer jumbo, aneka macam cooking & baking tools, bahkan ada macam2 bumbu masak yang kata landladynya boleh saya pakai kalau perlu... Nggak dishare dengan banyak orang pula ruangannya. Rasanya sayang kalau nggak dimanfaatkan.
My Little Kitchen |
Beberapa kreasi yang passable untuk dipajang:
Mashed Potato with Stir Fried Tuna & Cabbage; Soto Ayam; Chiken Karaage, Sate Ayam, Spaghetti Carbonara, Cottage Pie |
Sosis, brokoli & keju; Tumis tauge tahu & paprika; Tumis tuna & kubis; Tumis sayuran dan Fuyunghai; Spaghetti Bolognaise; Telur dadar & wortel rebus. Banyakan tumisannya ya? Maklum buru-buru... |
Matcha Cookies with Almond (Ini oke banget); Cinnamon Apple Muffin (kurang baking powdernya jadi ngga mengembang tuh); Peach Vanilla Muffin (so-so..) |
Conclusion? Cooking is fun! Dan merupakan sarana refreshing yang produktif, misalnya dari persiapan ujian yang bikin stres.. ^^