Living in the future & Lost in Translation

February 28, 2014

Saking terbiasanya dengan segala fasilitas teknologi yang tersedia, kadang saya nggak menyadari sudah seberapa jauh kita berkembang, misalnya dibandingkan dengan 10-20 atau bahkan 50 tahun yang lalu. Hal yang tadinya sekedar imajinasi di benak beberapa futurist, sekarang sudah ada wujudnya, dan sudah bisa diaplikasikan.

Beberapa waktu yang lalu di kelas multimodal communication, kami dapat dosen tamu yang ahli di bidang speech technology. Beliau menjelaskan banyak hal tentang usaha untuk mempermudah telekomunikasi, dan yang paling membuat saya kagum adalah di bagian penjelasan tentang speech-to-speech translation. Jadi sekarang ini berbagai perusahaan telekomunikasi -termasuk perusahaan tempat beliau sempat bekerja, salah satu provider telepon besar di Swedia- sedang giat mengembangkan perangkat yang bisa langsung menerjemahkan percakapan antara dua orang dengan bahasa yang berbeda secara langsung. Jadi, orang tidak perlu lagi menggunakan bahasa yang sama untuk berkomunikasi. Misalkan saya ngobrol dengan Nino, saya tinggal bicara dalam bahasa Indonesia saja, lalu si alat akan menerjemahkan ke dalam bahasa Jepang.

Mendengar penjelasannya, langsung mengingatkan sama ini nggak sih...

Cue background music khas tiap kali Doraemon mengeluarkan alatnya.. Tengtongtengtong!
gambar dari sini

Tentunya si perangkat penerjemah masih perlu banyak pengembangan. Google translate saja masih suka memberikan terjemahan yang agak-agak ajaib, apalagi speech to speech translation. Ada banyak faktor yang harus dipertembangkan; Konteks percakapan, arti konotasi dan denotasi dari suatu kata/kalimat, blabla... Jadi, nggak berarti belajar bahasa asing jadi tidak diperlukan. But still, kalau benar-benar terwujud, this tool will really come in handy..

Oh iya.... Gara-gara browsing soal jelly penerjemah, baru tahu bahwa bahasa Jepangnya adalah Honyaku Konnyaku. Baru lah saya sadar kenapa alat penerjemahnya berupa jelly, bukan kue atau permen atau apapun: Karena sang komikus juga mempertimbangkan unsur permainan kata-kata disini... Honyaku, yg artinya terjemah, sangat berima dengan Konnyaku, yg artinya jelly. Tentunya sang penerjemah komik doraemon sudah menyadari hal ini, tapi ya pastinya sulit untuk menerjemahkan permainan kata-katanya tanpa mengganti arti kata jelly maupun terjemah. Still, it's great to know karena selama ini saya taken for granted saja kenapa alatnya berupa jelly... ^^

You Might Also Like

4 comments

  1. Interesting.Mungkin proper terjemahan ke indo nya honyaku konnyaku itu 'remah - remah penterjemah'.'buah' sounds good (and more edible) but couldn't beat the honyaku konnyaku rhyme. Haha .

    Sering - sering bahas soal bahasa dan terjemahan yah. Saya nyasar di blog ini lewat artikel 'bahasa mencerminkan bangsa'. Saya juga punya teori yang sama dan serasa dapat pembenaran setelah baca tulisannya.

    Dan kalau tidak confidential, boleh juga dibagi source soal speech-to-speech translationnya. I'm excited with the future of translator technology, or perhaps I should say, interpreter technology :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah kreatif banget bisa terpikir 'remah remah penterjemah'!

      Sip kalau memang ada isu soal bahasa dan terjemahan yang menarik dan masih dalam kapasitas saya, pasti akan dibahas.. Senang banget kalau tulisannya bisa berguna... Dan terima kasih atas feedbacknya.. :)

      Tentang source speech-to-speech translationnya, saya ada pdf dari presentasi dosen tamunya, nanti minta ijin beliau dulu apakah boleh dishare ya.. Untuk sekarang bisa cek dulu website beliau: http://roberteklund.info/, di bagian riset dan publikasi ada beberapa bagian yang membahas soal interpreter technology. Semoga bermanfaat..! :D

      Delete
  2. Wow, thanks for the link. Sepertinya professor Robert Eklund ini 'asyik' sekali yah pembawaannya. *impresi setelah mampir ke websitenya

    Just to extend my previous compliment, I actually enjoy most of the topics that you write. Oh, and since you mentioned about Kim Yuna and Sochi in your previous post, I was wondering about Sweden's attitude towards this year event. Well, everyone's here completely went berserk when their Queen Yuna's gold was 'robbed', to the point where some of the extreme ones tried to boycott Smirnoff and friends.ㅋㅋ

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iya si professornya lumayan nyentrik dan punya banyak hobi ya ^^

      Thanks again for the compliment! *blushing*. Want to read your writing too but the link you put in your username bring me to an empty blog, is it a typo or...?

      As for the Olympic reaction here, it seems like the Swedes doesn't really make a big fuss about figure skating since their representative didn't make it to the long program anyway. They do mind about final male hockey match though. Only 2 hours before the match against Canada, they were informed that one of their key player failed a drug test so he could not play in the game. I guess it also dropped the morale of the team, so they lose 3-0. They think it's unfair to inform the result that late.. But no boycott or anything extreme ^^;

      I do understand the sentiment there regarding the figure skating result. I also think Kim Yuna deserve the gold really..!

      Delete

Terima kasih sudah membaca..!! :)
Silakan tinggalkan komentar disini ya...