Choosing my Pathway: Antara Karir dan Kuliah

May 15, 2013

Sejak SMA hingga awal-awal masa kuliah, bisa melanjutkan kuliah hingga S2 -tanpa memberatkan orang tua- adalah impian saya. Membaca literatur, berdiskusi mengenai isu-isu menarik bersama dosen dan teman sekelas, membaca-baca jurnal, adalah hal-hal yang saya nikmati selama kuliah S1. Bahkan, walaupun pembuatan skripsi memakan waktu lama, saya suka juga dengan prosesnya: Mencari permasalahan, membuat hipotesis, mencari teori-teori, hingga melakukan eksperimen untuk membuktikan hipotesis... Bohong kalau saya bilang tidak pernah merasa bosan atau frustasi selama kuliah kemarin. Tapi overall, saya memang suka dengan kegiatan akademis (Jangan-jangan kuliah saya lama selesai juga karena terlalu cinta dengan kampus? Haha excuse... ^^). Pokoknya, bisa dibilang salah satu keahlian yang cukup konsisten dimiliki sejak kecil ya belajar... Maka dari itu, sejak awal-awal kuliah saya sudah mulai mengumpulkan informasi mengenai beasiswa untuk kuliah S2. Harus beasiswa tentu saja, karena masih ada adik-adik yang perlu melanjutkan sekolah.

Di lain pihak, sejak kuliah tingkat 3, saya mulai mempertimbangkan pilihan untuk langsung bekerja. Saya kagum melihat senior-senior di kampus yang sudah terjun di dunia kerja. Mereka terlihat keren dan mandiri. Kemudian saya ikut Asian Job Express, yang semakin menumbuhkan ketertarikan untuk segera bekerja saja selepas kuliah. Bisa langsung mandiri secara finansial, membantu orang tua, dan segera mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari... Jalan yang menggiurkan.

Terhadap kedua pilihan tersebut, orang tua saya syukurlah mendukung. Katanya, terserah saya mau mengejar yang mana asalkan bisa membuat saya merasa bahagia. Merasa mendapat restu, jadilah saya mengejar keduanya: kuliah dan kerja. Walaupun ya masih tetap galau. Hence, topik giveaway tahun lalu jadinya mengenai kuliah vs kerja (dari 14 peserta, 11 memilih kerja sebagai pilihan yang lebih prospektif, sementara 3 orang memilih kuliah lagi. Menariknya, 3 orang pemilih kuliah adalah perempuan, sementara dari 11 orang yang memilih kerja, 3 diantaranya laki-laki dan sisanya perempuan. Loh malah bahas statistik... -_-).

Tahun 2012 adalah masa-masa penuh perjuangan. Sembari berusaha menyelesaikan skripsi, di awal tahun saya juga mulai mendaftar beasiswa KGSP -korea- dan Monbukagakusho -Jepang-, yang untunglah keduanya bisa dilamar oleh mahasiswa yang belum lulus. Untuk pekerjaan, saya mendaftar di Jobstreet, melamar beberapa posisi yang menarik -HR atau Market Research atau Management Trainee atau internship-, juga melamar ke beberapa perusahaan secara langsung lewat website.

Hasilnya tidak begitu memuaskan. KGSP yang saya lamar lewat kedubes Korea, tidak ada panggilan. Monbukagakusho, seperti yang pernah saya tulis di sini, gagal di tahap wawancara. Lamaran via jobstreet tidak mendapat respon. Ikut seleksi management trainee di kantor pusat sebuah online shop Jepang, setelah seleksi dokumen dan TPA via online, diberi kesempatan untuk wawancara online dengan HR di Jepangnya melalui Skype.. Tapi akhirnya tidak berlanjut. Kecewa pada diri sendiri, tapi ya sudah lah tetap berjuang menyelesaikan skripsi (dan juga refreshing dengan debat... ^^).

Akhir 2012-Awal 2013, seiring dengan selesainya skripsi, saya melamar-lamar beasiswa lagi, juga mendaftar pekerjaan. Banyak sekali yang harus dilakukan: menyiapkan segala macam dokumen untuk daftar sekolah, meminta surat rekomendasi, juga menyusun motivation letter. Beasiswa yang saya lamar adalah LOTUS (Erasmus Mundus Action II), Total E&P Scholarship, dan Swedish Institute Scholarship. Untuk pekerjaan juga, CV saya rombak habis dan surat lamaran kerja pun saya susun secermat mungkin. Alhamdulillah, hasilnya jauh lebih memuaskan daripada sebelumnya. Bulan Februari-April ini, email saya dihiasi dengan berbagai kabar yang membesarkan hati, baik itu panggilan tes maupun kabar mengenai beasiswa. Tidak semuanya memberi jawaban sih. Beasiswa Total, yang dengan nekad saya lamar walaupun mereka tidak mencari orang dari fakultas psikologi, pada akhirnya tidak memberi kabar..

Rangkuman singkat mengenai hasil job hunting:

  • Apprenticeship di perusahaan IT: Lolos hingga wawancara final, no offering.
  • Talent Recruitment Program dari Bank terbesar di Jepang: Terhenti di FGD. Somehow bersyukur terhenti di tahap-tahap awal, karena masih ada sekitar 4 tahap lagi sampai diterima. Memang bukan jalannya ya di dunia perbankan...
  • Research Trainee di salah satu perusahaan Market Reseach multinasional: Melamar ke perusahaan ini karena merasa cocok sekali dengan bidangnya. Skripsi saya yang banyak membahas sikap konsumen, serta pengalaman riset dan menggunakan statistik, membuat saya merasa, "this is it!". Mungkin pihak sananya juga bisa merasakan antusiasme saya, hingga setelah beberapa tahap seleksi, saya mendapat offering! Great career opportunity, satisfactory salary, dan kontrak setahun!
Tepat di hari yang sama ketika mendapat offering dari perusahaan market research tersebut, Swedish Institute juga mengumumkan siapa-siapa saja pelamar yang lolos seleksi. Daan, nama saya ada di dalam list penerima beasiswa yang meliputi tuition fee, biaya hidup, juga travel expense...! What a great blessing, Alhamdulillah..!

Saya tidak segera menjawab tawaran pekerjaan maupun beasiswanya, karena harus betul-betul mempertimbangkan segala aspek. Jika beasiswanya saya ambil, perkuliahan baru akan dimulai bulan September. Sementara jika pekerjaan di market research saya ambil, bisa segera bekerja mulai pertengahan April. Inginnya sih, saya kerja dulu lalu nanti kuliah. Sayangnya, posisi yang saya lamar mengharuskan pegawai untuk memenuhi masa kerja selama satu tahun, jika berhenti sebelum waktunya maka harus membayar penalty yang tidak sedikit.

Bukan pilihan yang mudah. Di satu sisi, saya ingin segera memulai karir profesional, mengejar teman-teman seangkatan yang sudah sukses membangun karir di berbagai perusahaan. Jika saya ambil kuliah, maka karir  baru bisa dimulai dua tahun lagi. Entah seperti apa persaingan kerja di masa 2 tahun ke depan. Lagipula, bagaimana kalau perusahaan market researchnya memblack-list saya karena menolak offering???

Di sisi lain, kesempatan untuk mendapat beasiswa seperti ini tidak datang dua kali. Tidak mungkin saya minta pihak pemberi beasiswa untuk menangguhkan beasiswa saya hingga tahun depan, misalnya. Dan kesempatan kuliah master (di Swedia, pula) tentunya akan memberikan banyak pengalaman berharga.... 

Both ways have their own benefits and hurdles... Which one should I take?

Setelah berdiskusi dengan orang tua dan teman-teman dekat, juga sholat istikharah, akhirnya saya mantap untuk melepas kesempatan kerja di perusahaan dan mengambil beasiswa masternya. Memang ada opportunity cost yang cukup besar, tapi insyaallah saya siap menghadapi segala konsekuensinya. Pada akhirnya, saya masih ingin belajar, merasakan dunia perkuliahan lagi..  

Sekarang ini selama menunggu kuliah dimulai, saya berusaha untuk mengisi waktu dengan melakukan hal-hal yang produktif. Agak sulit untuk mencari kerja profesional sih, karena tinggal 3 bulan saja waktu produktifnya. Tapi lumayan banyak yang bisa dilakukan, termasuk persiapan ke Swedia juga, seperti mengurus Residence Permit dan mencari apartemen..

Beberapa waktu setelah pengumuman Swedish Institute, saya mendapat kabar bahwa aplikasi LOTUS juga lolos, namun di pilihan kedua, yang universitasnya sama-sama di Swedia (Uppsala University, jurusan Digital Media & Society). Senang sekaligus bingung tentunya, tapi saya bisa lebih cepat memutuskan untuk melepas Lotus. Jika pilihan pertama saya di Lotus lolos, saya akan jauh lebih galau dan lebih sulit membuat keputusan. Pasalnya, saya jadi harus memilih antara memperdalam ilmu (di jurusan psikologi sosial University of Groningen, Belanda) atau memperluas ilmu (di jurusan komunikasi). Untungnya untuk hal ini saya seperti sudah dipilihkan, karena yang lolos di Lotus adalah jurusan yang memperluas ilmu juga. Kalau dibandingkan, saya lebih sreg dengan jurusan di Gothenburg, yang ilmu dan peluang karirnya bagi saya tampak lebih luas.

Sayang juga sih melepas Lotus, tapi untungnya di program Lotus ini setahu saya komite beasiswanya sudah menyiapkan reserved list penerima beasiswa. Jadi dengan saya melepas Lotus, ada pelamar lain yang mendapat kesempatan unruk belajar melalui beasiswa tersebut. Berbeda dengan beasiswa Swedish Institute, yang tidak memiliki reserve list. Jika saya melepas SI, maka tidak ada orang lain yang mendapat limpahan beasiswanya. Simply hangus. Akan jadi beban moral bagi saya,  telah menghalangi kesempatan orang lain tapi kemudian menyia-nyiakan itu...

Meninjau pengalaman selama 2,5 bulan ke belakang, saya lumayan sering melakukan perjalanan ke luar kota (Jogja-Bandung-Jakarta, Sukabumi-Jakarta, dll) untuk proses job hunting. Cukup melelahkan sih, dan kalau dilihat dari kasat mata mungkin akhirnya tampak sia-sia karena toh saya jadinya tidak bekerja dan malah kuliah lagi. Tapi, dari mengikuti tes-tes kerjanya, saya mendapatkan banyak pengalaman berharga. Terdengar klise ya? Tapi memang betul saya merasa semakin dewasa, semakin paham mengenai dunia kerja dengan mengikuti seleksi kerja. Bisa mengunjungi daerah perkantoran Jakarta, bertemu dengan beberapa pegawai bahkan manajer dari perusahaan yang saya lamar, belajar mengenai value perusahaan, hingga membayangkan diri saya mengenakan setelan kerja dan melakukan pekerjaan kantoran, merupakan proses yang menyenangkan. Saya juga mendapat kenalan baru selama proses tersebut. Karena itu, sama sekali tidak sia-sia.

Kalau diibaratkan dengan perjalanan, kemarin itu saya sedang di persimpangan jalan dalam mengejar impian. Ada dua jalan yang arahnya berbeda, keuntungan dan tantangannya juga cukup berbeda. Meskipun demikian, saya yakin bahwa kedua jalan itu sebetulnya menuju ke arah yang sama: Impian untuk menjadi seseorang yang sukses, berguna bagi keluarga dan masyarakat. Asalkan dijalani dengan baik dan sepenuh hati, pasti akan bisa mewujudkan impian itu.

Hikmah lainnya dari cerita ini, klise sih, tapi lagi-lagi, kita tidak pernah tahu rencana Allah ya. Tulisan tentang kegagalan di Monbukagakusho ini bisa mencerminkan betapa kecewanya saya karena tidak berhasil menggapai harapan untuk kuliah lagi di Jepang. Tapi toh, pada akhirnya, sudah disiapkan skenario yang lebih indah. Mungkin dengan kuliah di Swedia, bukannya Jepang, saya bisa lebih memaksimalkan potensi yang dimiliki. Yang penting, jangan pernah berhenti berusaha saja... *motivator mode: on*...

You Might Also Like

6 comments

  1. Waktu itu kirain sudah berkomentar disini, sepertinya komentarku tidak masuk :( .

    Anyway, selamat ya dapat beasiswa!! :) Memang beasiswa itu adalah sebuah kesempatan yang amat emas lho. Apalagi di zaman krisis ekonomi begini dimana jumlah beasiswa yang ditawarkan berkurang daripada beberapa tahun yang lalu ;) .

    Btw, Swedianya nanti di Gothenburg atau Uppsala? Uppsala kalau nggak salah sih dekat ke Stockholm. Kalau Gothenburg agak di tengah-tengah gitu deh antara Stockholm dan Copenhagen (Denmark), hehehe.

    Anyway, selamat ya!! :)

    ReplyDelete
  2. Makasih Zilko! :) Iya ini kesempatan yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya ya...

    Swedianya Gothenburg, jadi lumayan ya nggak terlalu utara dan mudah-mudahan nggak sedingin bagian utaranya Swedia, ^^

    ReplyDelete
  3. Assalamualaikum wr.wb
    Saya secara tidak sengaja membaca blog ini dalam rangka mencari penglaman yang telah mengikuti test ielts, dan akhirnya saya tahu bahwa mbk mendapatkan beasiswa di swedia. Saya kebetulan juga akan mengambil test ielts untuk mendaftar beasiswa SI mbk. Saya ingin bertanya ketika mbk mengambil test ielts apakah dulu mengambil les preparation IELTS sebelumnya? dan untuk pendaftara SI kita harus membuat motivation letter dan kita diharuskan untuk memilih 4 universitas yang dituju. Apakah major yang dipilih harus sama semua sehingga sejalan dengan motivation letter yang dibuat?
    terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waalaikumsalam wr.wb,
      Wah sukses ya untuk tes IELTS dan SInya..! Semoga nanti bisa ketemu disini... :)
      Soal les preparation IELTS, saya nggak sempat ambil karena waktu yang kurang dan sedang perlu berhemat...
      Soal major yang dipilih, nggak harus sama sih.. Kemarin saya milih 2 major yang berbeda (2 major komunikasi dan 2 major public health), tapi di motivation letternya dijelaskan hubungan keduanya... Sebetulnya di tahun saya, pelamar diminta mengirim 4 motivation letter (dan 4 CV) kalau kita milih 4 universitas.. 1 jurusan 1 motivation letter, jadi mungkin bisa aja sih isi motivation letternya beda-beda.. Kalau nanti keterima di pilihan pertama, yang komitenya baca ya motivation letter untuk pilihan pertama, dst.. Tapi kalau seperti itu kan kurang konsisten ya isinya jadi saya isinya kurang lebih sama ^^

      Delete
  4. Halo kak, salam kenal. Nama saya Irma.
    Saya lg googling ttg kuliah di Swedia lalu ga sengaja ketemu blog kakak.
    Kalau boleh tahu, kakak kuliah jurusan apa dan universitas apa di Swedia?
    Aku tertarik bgt pengen lanjut S2 jurusan komunikasi di Gothenburg University.
    Boleh minta kontak kakak buat nanya2?
    Terima kasih sebelumnya! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo,salam kenal Irma!
      Maaf komentarnya baru kebaca, udah lama banget ngga mengulik blog ^^;
      Saya kemarin kuliah di jurusan komunikasi di GU. Ayoo masuk biar ada penerus haha..
      Untuk kontak, kirim aja DM di facebook/Twitter ya nanti dari sana kita bisa tukeran WA/Line :)

      Delete

Terima kasih sudah membaca..!! :)
Silakan tinggalkan komentar disini ya...