Entah bagaimana, beberapa hari ini hiburan yang saya
saksikan selalu bertemakan ’survival’ dan dunia ’post-apocalypse’. Cuma dua judul
saja sih, The Hunger games (film – novel) dan 7 Seeds (manga). Kedua-duanya
memiliki setting post-apocalypse, dunia
di masa depan setelah dunia yang sekarang ini hilang. Di dalamnya juga ada kisah mengenai perjuangan beberapa tokohnya dalam
proses ’battle royale’ yang mengerikan sekaligus mengharukan. Yang mana yang
lebih bagus, tidak bisa dibandingkan juga, karena selain kedua tema utama tadi,
elemen dari 2 cerita itu banyak sekali perbedaannya. Sama-sama punya kelebihan
tersendiri.
Sepertinya kalau Hunger Games sudah sangat dikenal lah
ya, dengan film pertamanya yang baru dirilis dan bukunya yang sudah lengkap
(Team Peeta! XD). Kholis juga sudah mereview disini. Bagaimana dengan 7 Seeds?
Meskipun sudah diterbitkan di Indonesia oleh elex sejak
bertahun-tahun lalu, saya tidak pernah tertarik untuk membacanya, karena
sampulnya yang mengesankan bahwa ini adalah komik serial cantik horor.
Lagi-lagi pepatah jangan menduga isi buku dari sampulnya, terbukti benar. Kalau
boleh ditambah, jangan menduga isi manga hanya dari volume pertamanya juga.
Untungnya baru membaca sekarang adalah, sekarang 7 Seeds sudah mencapai volume
17 di Indonesia, dan 21 di Jepangnya. Jadi sudah langsung banyak sekali cerita
yang bisa dibaca… Meskipun sekarang harus menunggu lama juga untuk
kelanjutannya.
Berikutnya sedikit penjelasan mengenai 7 Seeds, mild
spoiler, walaupun sudah membaca ini insyaallah tidak mengganggu keasyikan
membaca ;-).
Volume pertama mengisahkan kebingungan Natsu yang
tiba-tiba terbangun di sebuah kapal yang dilanda badai di tengah laut, bertemu
dengan 3 orang asing (Arashi, cowok yang sangat baik pada Natsu tapi sudah
punya pacar, Semimaru yang tampak berandalan, dan Botan, mbak-mbak dewasa yang
tegas), yang tampak sama bingungnya. Ingatan terakhir mereka adalah makan malam
bersama keluarga masing-masing. Apa yang sebetulnya terjadi? Penculikan?
Reality show?
Setelah berbagai kejadian (mendarat di pulau, bertemu
macam-macam binatang aneh) dan pertemuan dengan 4 orang bernasib sama, akhirnya
Botan menjelaskan keadaan mereka yang
sebenarnya: Sekarang mereka berada di bumi di masa depan, entah berapa ratus
tahun setelah masa kehidupan mereka. Natsu dan 6 orang lainnya adalah bagian
dari proyek pemerintah yang dinamakan 7 Seeds. Di masa kehidupan Natsu yang
sebelumnya, para ilmuwan telah memastikan adanya hujan meteor yang bisa membawa
perubahan drastis pada kondisi bumi. Mirip dengan yang terjadi sebelumnya
ketika masa Dinosaurus berakhir dan berubah menjadi jaman es setelah bumi dihantam
meteor besar. Berbagai upaya telah dilakukan: Menghancurkan meteor dengan
misil, hingga membuat shelter khusus yang dirancang agar bisa menjadi tempat
tinggal sementara bagi beberapa ribu manusia, ketika situasi di bumi tidak
aman.
Kemudian, sebagai upaya terakhir, dibuatlah proyek 7
Seeds: In case segala upaya pemerintah untuk bertahan hidup gagal karena
kondisi bumi yang terlalu ganas, mereka merasa harus tetap mempertahankan
keberadaan manusia di muka bumi. Maka setiap negara memilih sekelompok orang
secara acak –tapi tetap berdasarkan kualitas fisik dan intelijensi- untuk
ditidurkan dan disimpan di dalam kapal di bawah laut. Program komputer akan
menganalisis kondisi bumi, jika dirasa sudah cukup aman untuk menjadi tempat
hidup manusia, maka orang-orang tersebut akan dibangunkan, dan bertugas untuk
bertahan hidup dan mengembalikan populasi manusia.
Di Jepang, ada 5 kelompok 7 Seeds yang ditempatkan di
daerah yang berbeda-beda: Summer A di Kyushu utara, Summer B di Kyushu selatan,
Spring di daerah Kanto, Autumn di daerah Kansai, dan Winter di daerah Hokkaido.
Tiap kelompok terdiri dari 7 orang yang berasal dari berbagai latar belakang
dengan kriteria muda dan memiliki gen yang bagus, juga cenderung memiliki suatu
kelebihan (arsitek, dokter, seniman, dll). Dalam tiap kelompok ditambahkan juga
1 pemandu, orang yang tahu mengenai proyek 7 Seeds dan bertugas membimbing
anggota kelompoknya untuk bertahan hidup.
Natsu dan kawan-kawannya kaget dan tidak percaya, karena
mereka memang tidak diberitahu dan dimintai consent. Mereka semacam ’diculik
sewaktu tidur’, tapi dengan ijin keluarga. Orang tua mereka cenderung terbujuk
dengan harapan bahwa anak mereka akan hidup di masa depan, dan diberi uang
tutup mulut juga-. Bonus kejutan tambahan, ternyata Summer B itu agak berbeda
dengan kelompok lainnya; Sementara keempat tim lainnya terdiri dari orang-orang
’sempurna’, kelompok Summer B justru terdiri dari orang-orang yang agak
’bermasalah’ di masyarakat. Ini untuk memenuhi asumsi, jangan-jangan kehidupan
di masa setelah serangan meteor justru tidak cocok bagi orang-orang ’sempurna’,
karena itu dipilihlah orang-orang semacam Natsu –yang mogok sekolah karena
di-bully-, Semimaru –yang bekas berandalan-, dan yang lainnya. Apakah Natsu dan
kawan-kawannya berhasil bertahan hidup?
Penjelasan diatas baru merekap volume 1 dan setengah dari
volume 2. Selanjutnya, fokus cerita berganti-ganti, tidak hanya di kelompok
Natsu tapi juga di kelompok-kelompok lainnya. Berbagai konflik dan dinamika
yang terjadi dalam tiap kelompok sungguh sangat menarik…! Sampai volume 20,
ceritanya sudah berkembang demikian jauh, dengan twist yang tidak terduga, dan
endingnya masih tidak terbaca.
Ini komik shoujo yang tidak biasa. Gambarnya sih khas
shoujo manga. Tapi ceritanya sangat realistis –bukan tipe yang berbunga-bunga
ala shoujo manga-, menegangkan, ada beberapa action, adegan yang lucu dan
membuat tertawa, dan beberapa adegan juga bisa sangat mengharukan –dan tidak
cheesy-. Karakternya banyak tapi semuanya digambarkan dengan detail, punya ciri
khas masing-masing, dan memiliki perkembangan karakter yang signifikan
sepanjang cerita berjalan.
Arc yang paling membuat saya menangis (mild spoiler
alert):
-
Kisah tim musim
dingin : Cinta segi tiga di tengah ganasnya keadaan lingkungan, menghangatkan
hati…
-
Kisah tim musim
panas A : Battle royale yang mengerikan dan mengharukan…
-
Kisah Shelter Ryugu
à Tidak sengaja beberapa anggota 7 Seeds menemukan bangunan bawah tanah yang ternyata
merupakan shelter ketika meteor besar menyerang bumi –beberapa waktu setelah
para 7 seeds ditidurkan-. Mereka juga menemukan buku harian di sebelah kerangka
seseorang bernama Mike, dan membaca kisah yang –aduh kehabisan kata-kata-
menghangatkan hati, mengerikan, dan sungguh tragis… >_<
Manusia itu makhluk yang kompleks; Meminjam istilahnya
Darwin, kita ini sama saja dengan makhluk hidup lainnya, terlibat dalam proses survival of the fittest. Freud mengamininya,
menyatakan bahwa manusia itu memiliki insting untuk bertahan hidup. Di lain
pihak, sebagai makhluk yang mampu berpikir, kita juga mengetahui bahwa kita
tidak bisa selamanya hidup; ada yang namanya kematian, segala sesuatu akan ada
akhirnya. Ini yang membedakan kita dengan hewan-hewan, yang sepertinya tidak
sebegitu paham dengan konsep ’mati’. Mungkin kedua hal itulah yang membuat cerita-cerita
tentang dunia post-apocalypse, juga
cerita tentang survival, menjadi populer.
Memenuhi fantasi dan harapan terdalam, bahwa dalam kondisi seperti apapun,
masih ada harapan bagi manusia untuk bertahan hidup..