Saking terbiasanya dengan segala fasilitas teknologi yang tersedia, kadang saya nggak menyadari sudah seberapa jauh kita berkembang, misalnya dibandingkan dengan 10-20 atau bahkan 50 tahun yang lalu. Hal yang tadinya sekedar imajinasi di benak beberapa futurist, sekarang sudah ada wujudnya, dan sudah bisa diaplikasikan.
Beberapa waktu yang lalu di kelas multimodal communication, kami dapat dosen tamu yang ahli di bidang speech technology. Beliau menjelaskan banyak hal tentang usaha untuk mempermudah telekomunikasi, dan yang paling membuat saya kagum adalah di bagian penjelasan tentang speech-to-speech translation. Jadi sekarang ini berbagai perusahaan telekomunikasi -termasuk perusahaan tempat beliau sempat bekerja, salah satu provider telepon besar di Swedia- sedang giat mengembangkan perangkat yang bisa langsung menerjemahkan percakapan antara dua orang dengan bahasa yang berbeda secara langsung. Jadi, orang tidak perlu lagi menggunakan bahasa yang sama untuk berkomunikasi. Misalkan saya ngobrol dengan Nino, saya tinggal bicara dalam bahasa Indonesia saja, lalu si alat akan menerjemahkan ke dalam bahasa Jepang.
Mendengar penjelasannya, langsung mengingatkan sama ini nggak sih...
Tentunya si perangkat penerjemah masih perlu banyak pengembangan. Google translate saja masih suka memberikan terjemahan yang agak-agak ajaib, apalagi speech to speech translation. Ada banyak faktor yang harus dipertembangkan; Konteks percakapan, arti konotasi dan denotasi dari suatu kata/kalimat, blabla... Jadi, nggak berarti belajar bahasa asing jadi tidak diperlukan. But still, kalau benar-benar terwujud, this tool will really come in handy..
Oh iya.... Gara-gara browsing soal jelly penerjemah, baru tahu bahwa bahasa Jepangnya adalah Honyaku Konnyaku. Baru lah saya sadar kenapa alat penerjemahnya berupa jelly, bukan kue atau permen atau apapun: Karena sang komikus juga mempertimbangkan unsur permainan kata-kata disini... Honyaku, yg artinya terjemah, sangat berima dengan Konnyaku, yg artinya jelly. Tentunya sang penerjemah komik doraemon sudah menyadari hal ini, tapi ya pastinya sulit untuk menerjemahkan permainan kata-katanya tanpa mengganti arti kata jelly maupun terjemah. Still, it's great to know karena selama ini saya taken for granted saja kenapa alatnya berupa jelly... ^^
Beberapa waktu yang lalu di kelas multimodal communication, kami dapat dosen tamu yang ahli di bidang speech technology. Beliau menjelaskan banyak hal tentang usaha untuk mempermudah telekomunikasi, dan yang paling membuat saya kagum adalah di bagian penjelasan tentang speech-to-speech translation. Jadi sekarang ini berbagai perusahaan telekomunikasi -termasuk perusahaan tempat beliau sempat bekerja, salah satu provider telepon besar di Swedia- sedang giat mengembangkan perangkat yang bisa langsung menerjemahkan percakapan antara dua orang dengan bahasa yang berbeda secara langsung. Jadi, orang tidak perlu lagi menggunakan bahasa yang sama untuk berkomunikasi. Misalkan saya ngobrol dengan Nino, saya tinggal bicara dalam bahasa Indonesia saja, lalu si alat akan menerjemahkan ke dalam bahasa Jepang.
Mendengar penjelasannya, langsung mengingatkan sama ini nggak sih...
Cue background music khas tiap kali Doraemon mengeluarkan alatnya.. Tengtongtengtong! |
gambar dari sini
Tentunya si perangkat penerjemah masih perlu banyak pengembangan. Google translate saja masih suka memberikan terjemahan yang agak-agak ajaib, apalagi speech to speech translation. Ada banyak faktor yang harus dipertembangkan; Konteks percakapan, arti konotasi dan denotasi dari suatu kata/kalimat, blabla... Jadi, nggak berarti belajar bahasa asing jadi tidak diperlukan. But still, kalau benar-benar terwujud, this tool will really come in handy..
Oh iya.... Gara-gara browsing soal jelly penerjemah, baru tahu bahwa bahasa Jepangnya adalah Honyaku Konnyaku. Baru lah saya sadar kenapa alat penerjemahnya berupa jelly, bukan kue atau permen atau apapun: Karena sang komikus juga mempertimbangkan unsur permainan kata-kata disini... Honyaku, yg artinya terjemah, sangat berima dengan Konnyaku, yg artinya jelly. Tentunya sang penerjemah komik doraemon sudah menyadari hal ini, tapi ya pastinya sulit untuk menerjemahkan permainan kata-katanya tanpa mengganti arti kata jelly maupun terjemah. Still, it's great to know karena selama ini saya taken for granted saja kenapa alatnya berupa jelly... ^^